Catatan Muktamar NU dari Masa ke Masa

photo author
- Selasa, 25 Oktober 2022 | 00:55 WIB
Ilustrasi Muktamar Nahdlatul Ulama. Muktamar NU di Banjarmasin pada 1936 menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi Darul Islam
Ilustrasi Muktamar Nahdlatul Ulama. Muktamar NU di Banjarmasin pada 1936 menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi Darul Islam

Tetapi melihat situasi dan kondisi yang dibutuhkan.

Penyelenggaraan muktamar berjalan dalam rentang 5 tahunan setelah Muktamar ke-26 di Semarang tahun 1979 sampai sekarang.

Sebagai kota kelahiran NU, Surabaya merupakan kota tempat penyelenggaraan muktamar paling banyak (6 kali), diikuti Jakarta (3 kali), Solo (3 kali), Semarang (2 kali), Bandung (2 kali), sedangkan kota lainnya baru satu kali.

Sebagian besar acara muktamar diselenggarakan di pesantren dari ulama yang paling dihormati di daerah tersebut.

Kembali ke khittah Pada Muktamar ke-13 di Menes Banten 1938, ada usulan menggemparkan agar NU menaruh wakilnya di Volksraad (dewan rakyat) yang menunjukkan adanya hasrat sebagian anggota untuk terjun ke politik.

Usulan ditolak dengan suara 54-4 yang artinya NU memutuskan untuk tidak mencampuri politik.

Tetapi bergerak dalam bidang keagamaan dan pendidikan sesuai AD/ART 1926 yang belum diubah waktu itu.

Muktamar ke-19 di Palembang tahun 1952 menjadi titik penting NU dengan keputusan memisahkan diri dari Masyumi dan menjadi partai tersendiri.

Titik baliknya pada Muktamar ke-27 di Situbondo tahun 1984, dengan keputusan kembali ke Khittah 1926 sebagai organisasi keagamaan.

Sejak kembali ke khittah hingga kini, NU tetap menjadi ormas keagamaan.

Belakangan, untuk meramaikan muktamar, tak hanya digelar rapat umum.

Tetapi juga terdapat bazar yang berlangsung dari awal sampai akhir muktamar yang menjual produk dan unit usaha warga NU.

Juga ditampilkan berbagai macam seni islami untuk menghibur muktamirin.

Gelaran muktamar selalu dihadiri ribuan orang mulai dari peserta maupun ‘penggembira’.

Tercatat Pada Muktamar NU ke-32 di Makassar (2010), jumlah muktamirin yang hadir sekitar 4.000 orang dan mencapai sekitar 8.000 orang jika ditambah dengan para penggembira.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X