Catatan Muktamar NU dari Masa ke Masa

photo author
- Selasa, 25 Oktober 2022 | 00:55 WIB
Ilustrasi Muktamar Nahdlatul Ulama. Muktamar NU di Banjarmasin pada 1936 menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi Darul Islam
Ilustrasi Muktamar Nahdlatul Ulama. Muktamar NU di Banjarmasin pada 1936 menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi Darul Islam

Semakin meriah Pada muktamar di Menes Banten, penyelenggaraan semakin meriah karena sudah terbentuknya GP Ansor dan Muslimat NU yang turut serta dalam acara tersebut.

Muktamar ke-14 di Magelang dihadiri hampir semua wakil organisasi seperti PB Muhammadiyah, PII, PDPP, JIB, wakil pemerintah, pamong praja, polisi, dan wakil Adviseur Voor Inlandsche Zaken dan para priyayi.

Rapat umum yang digelar di Lapangan Tidar dihadiri lebih dari 50 ribu orang.

Muktamar di Medan tahun 1956 diliputi suasana mencekam mengingat saat itu Kota Medan dikuasai Dewan Gajah yang dipimpin Kolonel Simbolon.

Akan tetapi, dapat selesai dengan baik. Demikian pula Muktamar Cipasung (ke-29) di bawah bayang-bayang upaya intervensi penguasa Orde Baru sehingga suasana muktamar juga sangat “panas”.

Sampai tahun 1951, muktamar diselenggarakan tiap tahun, kecuali antara 1941-1946 ketika pendudukan Jepang.

Tidak setiap muktamar pada masa itu dilakukan pergantian pengurus.

Akan tetapi, lebih untuk membahas masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

Awalnya, penyelenggaraan muktamar menggunakan pedoman bulan Hijriyah dan ditetapkan pada bulan Rabi’uts Tsani.

Jika ini dihitung dalam bulan Masehi, penyelenggaraan muktamar kurang dari satu tahun.

Karena penyelenggaraan muktamar dilakukan setiap tahun, maka sudah ditunjuk ketua NU penyelenggara muktamar yang tugasnya bekerja menyukseskan muktamar tersebut.

Umumnya biaya penyelenggaraan acara ini tidak menjadi masalah mengingat dukungan masyarakat yang sangat besar.

Panitia menerima sumbangan mulai dari sayuran, kelapa, beras, sapi, kambing, kayu bakar, sampai rumah penginapan, untuk kesuksesan acara.

Sering kali masyarakat tidak mau disebut namanya sebagai pemberi sumbangan karena takut riya’ dan takabur, semata mata IiIIahi ta’aIa. 

Setelah tahun 1951, waktu penyelenggaraan muktamar tidak terjadwal secara periodik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X