PURWAKARTA ONLINE - KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah sosok multitalenta sebagai ulama, presiden, dan wartawan.
Meski telah wafat pada 30 Desember 2009, warisan pemikiran, tindakan, dan tulisan-tulisannya masih hidup hingga kini.
Salah satu sisi yang kurang banyak diketahui publik adalah perannya sebagai wartawan yang konsisten memperjuangkan kebebasan pers.
Awal Mula Karier Jurnalistik Gus Dur
Gus Dur terlahir dengan nama Abdurrahman Addakhil pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur.
Sejak kecil, Gus Dur sudah menunjukkan minatnya pada dunia tulis-menulis.
Baca Juga: Tak Disangka! Persib Bandung Kalah 1-4 dari Persebaya, Apa Penyebabnya?
Selepas menempuh pendidikan di Pesantren Tambakberas, Jombang, pada tahun 1959, Gus Dur mulai bekerja sebagai guru dan kepala madrasah.
Namun, di saat yang sama, dia juga merintis karier sebagai wartawan di Majalah Horizon dan Budaya Jaya.
Ketika menuntut ilmu di Mesir dan Irak pada tahun 1964-1970, Gus Dur tidak hanya fokus pada studi keislaman.
Dia juga aktif di Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis di majalah asosiasi tersebut.
Pengalaman ini semakin mengasah kemampuannya dalam menulis dan menganalisis isu-isu sosial.
Baca Juga: Geely Ekspansi ke Purwakarta, Pabrik Mobil Listrik Siap Serap Tenaga Kerja Lokal
Konsistensi sebagai Wartawan