PURWAKARTA ONLINE - Kehancuran yang terjadi di Suriah memasuki babak baru yang mengejutkan dunia. Presiden Bashar al-Assad, yang telah berkuasa lebih dari dua dekade, dikabarkan melarikan diri dari negara yang telah hancur akibat perang saudara panjang.
Pada Minggu, 8 Desember 2024, pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), berhasil merebut ibu kota Damaskus.
Serangan besar-besaran tersebut menandai akhir dari kekuasaan rezim Assad yang telah berkuasa lebih dari 53 tahun, setelah melalui perjuangan politik dan militer yang berat.
Menurut laporan dari berbagai sumber internasional, termasuk kantor berita Reuters, Bashar al-Assad dan keluarganya dikabarkan telah terbang ke Moskow, Rusia, yang diperkirakan memberi suaka politik untuk memastikan keselamatan pasukan Rusia yang masih bertahan di Suriah.
Mikhail Ulyanov, Duta Besar Rusia untuk PBB, melalui akun Telegram-nya sempat membocorkan kabar bahwa Assad telah mendarat di Moskow, dan menegaskan bahwa Rusia tidak akan meninggalkan temannya dalam keadaan sulit.
Kabar kaburnya Assad semakin diperkuat oleh beberapa sumber yang menyebutkan bahwa kekuatan pemberontak berhasil menguasai ibu kota Damaskus setelah serangan intensif yang berlangsung selama beberapa hari.
Sumber yang tidak mau disebutkan namanya di Kremlin mengatakan bahwa keputusan Rusia untuk memberikan suaka kepada Assad bertujuan untuk melindungi pasukan Rusia yang masih berada di Suriah.
Namun, beberapa spekulasi muncul terkait kemungkinan adanya peran pihak ketiga dalam jatuhnya Assad, dengan dugaan bahwa Israel mungkin terlibat dalam membantu pemberontak.
Baca Juga: Rusia Berikan Suaka Politik kepada Bashar al-Assad Setelah Digulingkan Pemberontak
Beberapa pengamat politik percaya bahwa keterlibatan Israel dalam situasi ini bukanlah hal yang mustahil.
Pasalnya, Israel telah lama memantau situasi di Suriah, terutama terkait dengan pengaruh Iran dan kelompok militan yang didukungnya, seperti Hizbullah.
Secara tidak langsung, Israel mungkin mendukung perubahan rezim di Suriah untuk mengurangi pengaruh Iran di kawasan tersebut.
Perang yang dimulai dengan unjuk rasa damai pada 2011 telah berubah menjadi konflik yang melibatkan banyak pihak. Berbagai negara besar, termasuk Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara Arab, terlibat dalam upaya untuk mempengaruhi jalannya pertempuran.
Baca Juga: Mengenal Keasaman Tanah dan Dampaknya pada Pertumbuhan Tanaman
Artikel Terkait
Cara Menggunakan Meta AI di WhatsApp
Tak Sanggup Jadi Pejabat, Keputusan Gus Miftah Mundur dari Kabinet: Sebuah Pembelajaran bagi Prabowo
Damaskus Jatuh ke Tangan Pemberontak, Presiden Suriah Bashar Al-Assad Dikabarkan Melarikan Diri!
Bashar Al Assad Kabur, Damaskus Jatuh ke Tangan Pemberontak! Era Baru Suriah Dimulai
PSS Sleman vs PERSIB, Duel Sengit di Pekan Ke-13 Liga 1 2024/25
Bojan Hodak Akui Tantangan Besar Hadapi PSS Sleman
PSS Sleman Tantangan PERSIB di Manahan Solo
Ciro Alves Siap Tampil Maksimal Di Laga PERSIB Lawan PSS Sleman
Pemberontak Gulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad: Permasalahan Internal yang Memicu Perang Saudara
Pemberontak Gulingkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad, Ini Kelompoknya!