Guru Gembul Tawarkan Solusi Ini di Depan Rabithah Alawiyah!

photo author
- Rabu, 11 September 2024 | 18:10 WIB
Guru Gembul debat nasab di Rabithah Alawiyah. Minggu 8 September 2024 (Yt. Guru Gembul)
Guru Gembul debat nasab di Rabithah Alawiyah. Minggu 8 September 2024 (Yt. Guru Gembul)

Ia dengan berani menyatakan bahwa akar dari polemik ini sebenarnya adalah perilaku sejumlah oknum habib yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, namun tetap mendapat perlakuan istimewa.

"Jangan salahkan tesis Kyai Imad. Masalah sebenarnya adalah kelakuan oknum habib itu sendiri yang seringkali menyalahgunakan status mereka," tegas Guru Gembul.

Menurutnya, para oknum tersebut memanfaatkan kehormatan yang diberikan masyarakat Islam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai alat untuk melakukan tindakan yang secara hukum dan etika bertentangan.

Bahkan, beberapa di antaranya terlibat dalam tindakan yang jauh dari ajaran Islam, seperti narkoba dan zina, namun tetap mendapatkan privilege khusus yang membuat aparat hukum enggan bertindak.

Baca Juga: Habib Syech Hak Ciptakan Lagu Yalal Wathon, Bejo: Kurang Ajar!

Solusi!

Dalam pidatonya, Guru Gembul memberikan solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan polemik ini.

Ia mengajak semua pihak untuk melakukan introspeksi dan menghentikan narasi-narasi di media sosial yang merendahkan satu pihak, terutama yang mengangkat martabat oknum habib di atas ulama dan kyai lokal.

"Satu-satunya cara untuk menghentikan polemik ini adalah dengan introspeksi bersama. Kita harus berhenti mengangkat narasi yang mempermalukan orang-orang yang dianggap suci di Indonesia, di luar Ba'alawi," ungkapnya.

Guru Gembul juga menyebutkan bahwa perdebatan yang terus berlangsung tidak akan memberikan hasil yang produktif.

Menurutnya, akar masalah bukanlah pada debat akademik, melainkan pada sentimen dan narasi yang telah berkembang di masyarakat.

Baca Juga: Tesis Kyai Imad Belum Terpatahkan, Masyarakat Mulai Sadar!

Keresahan Umat Islam Indonesia

Guru Gembul menyoroti bagaimana banyak umat Islam Indonesia, terutama dari kalangan tradisional dan kyai, merasa tersinggung dan sakit hati dengan narasi yang menempatkan habib di atas ulama lokal.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa habib yang berperilaku tidak sesuai dengan ajaran Islam tetap mendapatkan penghormatan yang lebih tinggi daripada ulama-ulama yang benar-benar berkontribusi dalam kehidupan umat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X