Purwakarta Online - Pada tanggal 25 Juli, masyarakat Indonesia, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyyin, memperingati hari wafatnya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari. Beliau adalah pendiri NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan dan perkembangan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia.
Kehidupan dan Pendidikan Awal
Muhammad Hasyim Asy'ari lahir pada 14 Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Sejak usia muda, beliau sudah menunjukkan ketekunan dalam mempelajari ilmu agama. Perjalanan pendidikannya dimulai dari Pesantren Wonorejo Jombang dan berlanjut ke berbagai pesantren terkenal seperti Pesantren Langitan Tuban dan Pesantren Kademangan Bangkalan. Pada usia 21 tahun, Hasyim Asy'ari melanjutkan studi ke Mekah, di mana beliau berguru kepada ulama besar seperti Syaikh Mahfudzh at-Tarmasi dan Syaikh Khatib al-Minangkabawi.
Baca Juga: Persib Bandung Siap Jamu Persis Solo pada Matchday 3 Grup A Piala Presiden 2024
Pendirian Pesantren Tebuireng
Sekembalinya dari Mekah pada tahun 1899, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang. Pesantren ini berkembang pesat dan menjadi salah satu pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa pada abad ke-20. Sistem pengajaran di Tebuireng terus mengalami perkembangan, termasuk pengenalan sistem klasikal oleh menantu beliau, KH Ma'shum Ali, pada tahun 1916.
Kontribusi dalam Perjuangan Kemerdekaan
KH Hasyim Asy'ari tidak hanya aktif dalam pendidikan, tetapi juga berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, beliau bersedia bekerja sama secara taktis demi kemerdekaan Indonesia, termasuk bergabung dalam organisasi Jawa Hokokai. Setelah proklamasi kemerdekaan, KH Hasyim Asy'ari bersama ulama-ulama lainnya mengeluarkan "Resolusi Jihad" pada 21 Oktober 1945, yang memobilisasi umat Islam untuk melawan kembalinya penjajah Belanda.
Baca Juga: Hamzah Haz, Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia, Meninggal Dunia
Wafat dan Warisan
Pada tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan 7 Ramadhan 1366 H, KH Hasyim Asy'ari wafat. Beliau meninggalkan warisan yang luar biasa besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. NU, organisasi yang didirikannya pada 31 Januari 1926, terus berkembang menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
KH Hasyim Asy'ari juga meninggalkan karya-karya tulis yang berharga, seperti "At-Tibyan fi an-Nahy ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan" dan "Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-A’immah al-Arba'ah". Karya-karya ini terus menjadi rujukan bagi generasi muda NU dalam memahami ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.
Mengenang Sang Pendiri
Artikel Terkait
Dedi Mulyadi Dianggap Seperti Anak oleh Rais NU Jabar! KDM: Saya Minta Doa Restu Orang Tua
Rais NU Jabar Puji Dedi Mulyadi atas Kepeduliannya terhadap Masyarakat Pelosok, Kyai Abun: DM Sudah Seperti Anak Sendiri
Gebrakan Baru NU! PD-PKNU Purwakarta Hadir dengan Aplikasi SISKADER NU, Ciptakan Kader Berkualitas dan Berdaya Saing
Konfercab ISNU Purwakarta 2024: Dr. Ramlan Tegaskan NU Harus Berkuasa di Negeri Sendiri!
Eks Gubernur Jabar Nana Nuriana Tutup Usia, Ketua NU Purwakarta Ajengan Anwar Mengenang Demo Saat Mahasiswa!
NU Purwakarta dan Kemenko RI Bangun Sinergi Baru untuk Ekonomi Syariah
Ketua NU Purwakarta Ajengan Anwar Nasihin akan Bahas Transformasi Ekonomi dalam Diskusi Publik di Mataram NTB
5 Nahdliyyin Temui Presiden Israel, PBNU Sesalkan: Tindakan Tak Paham Geopolitik dan Lukai Perasaan Warga NU
Savic Ali: Kunjungan 5 Warga NU ke Israel Lukai Perasaan Nahdliyin, Langgar Sikap Tegas Pro-Palestina
Kedatangan Ketua NU Purwakarta, Ajengan Anwar Nasihin, Disambut Hangat oleh 5000 Santri Nahdlatul Wathan di Lombok