PurwakartaOnline.com - Dalam sejarah keislaman, satu nama yang tak pernah luntur dalam cahaya kebijaksanaan dan kedermawanan adalah Imam Abu Hanifah, seorang ulama besar pendiri Madzhab Hanafi. Lahir pada tahun 80H di Kufah dan meninggal di Baghdad pada tahun 150H, Imam Abu Hanifah memiliki perjalanan hidup yang menarik dan penuh hikmah.
Perjalanan Menimba Ilmu Sang Imam
Imam Abu Hanifah, yang memiliki nama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zuwatha, tumbuh dalam keluarga saudagar yang sukses. Meski berasal dari kalangan saudagar, beliau baru memusatkan perhatian pada agama pada masa remaja. Cerita menarik perjalanan beliau dalam menimba ilmu terungkap melalui pengalaman bersama Syaikh Hammad bin Sulaiman.
Dalam sepuluh tahun, Imam Abu Hanifah menimba ilmu dari Syaikh Hammad. Namun, ketika beliau berencana untuk membuat halaqah sendiri, takdir berkata lain. Kematian saudara Syaikh Hammad membawa perubahan dalam hidup Imam Abu Hanifah.
Baca Juga: Rais PBNU Gus Baha Jelaskan Alasan Muslim Harus Kaya
Beliau kemudian dipercayakan untuk menggantikan posisi gurunya, mengajar dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga. Kejadian ini mengukuhkan tekad Imam Abu Hanifah untuk tetap setia pada jalan ilmu sepanjang hidupnya.
Saudagar Kaya yang Dermawan
Imam Abu Hanifah tidak hanya dikenal sebagai ulama besar tetapi juga sebagai sosok dermawan. Meskipun seorang saudagar kaya, beliau tidak mencengkram hartanya. Kecenderungan untuk berinfak dan membantu yang membutuhkan menjadi ciri khas beliau.
Beliau bahkan menanggung biaya hidup para muridnya yang bersemangat belajar namun terkendala finansial. Al Mutsanna bin Roja’ memberikan kesaksian tentang kemurahan hati Imam Abu Hanifah yang luar biasa.
Baca Juga: Natal Bersama Pj Bupati Purwakarta: Damai, Kasih, dan Persatuan dalam Kehidupan
Ahli Ibadah yang Teguh
Tidak hanya sebagai ulama dan dermawan, Imam Abu Hanifah juga dikenal sebagai ahli ibadah. Riwayat mencatat bahwa beliau pernah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu rakaat shalat. Asad bin ‘Amr menyampaikan bahwa Imam Abu Hanifah rutin melaksanakan shalat subuh dengan wudhu yang diambil dari shalat isya selama empat puluh tahun.
Imam Abu Hanifah dan Ilmu Hadits
Meskipun banyak menguasai ilmu hadits, Imam Abu Hanifah tidak tergolong ulama yang banyak meriwayatkan hadits. Kelebihan beliau terletak pada pemilihan hadits yang sahih dan perawinya yang terpercaya. Meski begitu, Imam Abu Hanifah diakui sebagai seorang yang memahami illah-illah hadits, takdil, tarjih, dan tingkatan ke sahannya.
Artikel Terkait
Detik-detik Banser Memasuki Ruang Sidang Pleno Konfercab NU Purwakarta: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Inilah 5 Ulama yang Terpilih Menjadi AHWA dalam Konfercab NU Purwakarta 2023
KH. Endang Abdul Somad Terpilih Sebagai Rais Syuriah PCNU Kabupaten Purwakarta
KH Ahmad Anwar Nasihin, SHI Terpilih jadi Ketua Tanfidziyah PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Purwakarta Masa Khidmat 2023-2028
Ahmad Anwar Nasihin, Kyai Kampung dari Liung Gunung, Kini Memimpin NU Purwakarta
4 Pesan Etika Demokrasi ala Gus Dur: Memandu Anak Muda Menuju Kebijaksanaan
Hakikat Umur Manusia: Renungan Akhir Tahun 2023
Inilah Agama Nabi Isa yang Sebenarnya!
Peran NU Di Tengah Masyarakat: Bangkitnya Orang-orang Berilmu
Rais PBNU Gus Baha Jelaskan Alasan Muslim Harus Kaya