Reaksi Negara Arab atas Pernyataan Netanyahu tentang Palestina di Arab Saudi

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut pernyataan tersebut sebagai "rasis", sementara Kementerian Luar Negeri Yordania mengecamnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara yang merdeka.

Isu Palestina dan Kenangan Kelam "Nakba"

Bagi warga Palestina, gagasan memindahkan mereka keluar dari Gaza atau wilayah Palestina lainnya mengingatkan pada peristiwa kelam yang dikenal dengan nama "Nakba" (malapetaka) yang terjadi pada 1948, saat pembentukan negara Israel.

Baca Juga: Terkait Errornya Aplikasi Byond, BSI Buka Suara

Banyak warga Palestina terpaksa mengungsi, dan upaya serupa yang muncul saat ini hanya akan membuka luka lama, memperburuk ketegangan di kawasan.

Kritik terhadap Pendekatan Normalisasi

Netanyahu juga berbicara mengenai upaya normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab, yang merupakan bagian dari program yang digagas oleh Presiden AS Donald Trump melalui kesepakatan Abraham Accords.

Namun, normalisasi hubungan ini sering kali dianggap kontroversial oleh banyak pihak karena dianggap mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.

Masa Depan Negara Palestina yang Berdaulat

Pernyataan Netanyahu yang menyebutkan Arab Saudi sebagai tempat kemungkinan berdirinya negara Palestina semakin menegaskan pentingnya penyelesaian yang adil dan berkelanjutan bagi konflik Israel-Palestina.

Warga Palestina, yang telah lama berjuang untuk mendapatkan negara yang merdeka dan berdaulat, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima solusi yang memaksa mereka untuk mengungsi atau meninggalkan tanah air mereka.

Baca Juga: KKP Turun Tangan Atasi Kematian Ikan Massal di Waduk Jatiluhur Purwakarta Akibat Cuaca Ekstrem

Bagi banyak negara Arab, solusi dua negara—dimana Palestina berdiri berdampingan dengan Israel—tetap menjadi satu-satunya jalan menuju perdamaian yang adil di kawasan tersebut.***