Tradisi Pertanian Kerajaan Pajajaran, Warisan Budaya dan Kebijaksanaan Tani di Kasepuhan Ciptagelar

photo author
- Rabu, 27 Maret 2024 | 12:05 WIB
Kasepuhan adat Ciptagelar berubah nama menjadi Gelar Alam dan berpindah tempat 2 KM dari lokasi awal. Tradisi Pertanian Kerajaan Pajajaran, Warisan Budaya dan Kebijaksanaan Tani di Kasepuhan Ciptagelar (Nandi/ Radar Sukabumi)
Kasepuhan adat Ciptagelar berubah nama menjadi Gelar Alam dan berpindah tempat 2 KM dari lokasi awal. Tradisi Pertanian Kerajaan Pajajaran, Warisan Budaya dan Kebijaksanaan Tani di Kasepuhan Ciptagelar (Nandi/ Radar Sukabumi)

Purwakarta Online - Pada masa lalu yang kaya akan mitos dan sejarah, Kerajaan Pajajaran telah menjadi tempat bersemi bagi tradisi-tradisi yang kini masih dijaga dengan tekun oleh masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar.

Berawal dari kebutuhan hidup yang menjadikan pertanian sebagai pusat kegiatan utama, tradisi-tradisi ini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, menampilkan kekayaan budaya dan kebijaksanaan tani yang diwariskan dari generasi ke generasi.

1. Ngaseuk: Menanam Benih Harapan

Tradisi Ngaseuk, yang merujuk pada waktu penanaman padi, menjadi awal dari siklus kehidupan masyarakat Kasepuhan.

Dalam prosesi ini, Abah memimpin ritual yang menandai dimulainya penanaman padi.

Baca Juga: Cosmos Persona Test: Temukan Kepribadian Kosmik Anda!

Memanfaatkan huma sebagai tempat penanaman, masyarakat menggunakan aseuk (tongkat berujung lancip) untuk menanam benih padi dengan penuh harap.

Proses ini tidak sekadar aktivitas pertanian, tetapi juga upacara sakral yang dijalankan sesuai dengan aturan adat yang turun-temurun.

2. Mipit: Memetik dengan Hati

Tradisi Mipit menyoroti proses pemungutan hasil panen, yang dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan alat pertanian modern.

Dengan menggunakan pisau kecil yang disebut etem/ani-ani, padi dipetik dengan hati-hati untuk memastikan kualitasnya tetap utuh.

Baca Juga: Benarkah Guru Gembul Sesat, Penyaji Konten Kontroversial atau Pencerah?

Sebelum prosesi Mipit dimulai, persiapan dilakukan dengan penuh kepatuhan terhadap adat, termasuk ziarah ke makam leluhur dan persiapan perlengkapan seperti bambu, tali, dan kayu.

3. Nganyaran: Menikmati Anugerah Bumi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Adat dan Budaya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X