Sri Baduga Maharaja: Jejak Kehidupan Sosial Raja Pajajaran yang Penuh Toleransi

photo author
- Minggu, 3 Maret 2024 | 10:00 WIB
Ilustrasi Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi pemimpin Sunda Padjajaran (Tangkapan layar YouTube TaksakaSeta)
Ilustrasi Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi pemimpin Sunda Padjajaran (Tangkapan layar YouTube TaksakaSeta)

Purwakarta Online - Sri Baduga Maharaja, yang sebelumnya dikenal sebagai Jayadewata, memerintah selama 39 tahun (1482-1521 M) sebagai Maharaja Sunda.

Pemimpin pertama Kerajaan Pajajaran ini memiliki peran penting dalam sejarah, menghadapi tantangan seperti perkembangan Islam dan hubungan bilateral dengan bangsa Eropa, khususnya pedagang Portugis.

Penobatan dan Kebesaran Pajajaran

Sri Baduga Maharaja dilantik di Pakwan Pajajaran, menandai awal pemerintahannya yang meliputi Galuh Pakwan dan Pakwan Pajajaran.

Fakta ini tercatat dalam prasasti Batutulis Bogor yang dibuat oleh Prabu Sanghiyang Surawisesa pada tahun 1533 Masehi.

Baca Juga: LIVERVOOL , Darwin Nunez dan Dominic Szoboszlai Siap Kembali Bersaing untuk The Reds

Era Kebesaran dan Toleransi

Pada masa pemerintahannya, Sri Baduga Maharaja tidak hanya menyaksikan perkembangan Islam tetapi juga menjalin hubungan internasional dengan bangsa Eropa, terutama pedagang Portugis.

Keberhasilannya dalam mempertahankan kebesaran Kerajaan Pajajaran membuatnya dikenal sebagai Prabu Siliwangi, yang tetap dihormati oleh masyarakat Sunda hingga kini.

Keluarga Sri Baduga Maharaja

Sri Baduga Maharaja memiliki tiga istri yang melahirkan keturunan yang mewarisi takhta.

Dari pernikahan pertamanya dengan Nyai Kentringmanik Mayangsunda, beliau memiliki tiga putra, Surawisesa, Surasowan, dan Déwi Surawati.

Baca Juga: Yusril Iza Mahendra Tanggapi Isu Pemakzulan Jokowi: Perspektif Pakar Hukum

Pernikahan keduanya dengan Nyai Subanglarang melahirkan dua putra, Pangeran Cakrabuana alias Raden Walangsungsang, pendiri Pakungwati Cirebon, dan Nyai Larasantang alias Saripah Muda'im, ibu Sunan Gunungjati Cirebon.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X