Beberapa waktu yang lalu di kebun teh kami, di Kelompok Tani Barong Mulya dikunjungi oleh para petugas POPT dari Balai Perlindungan Perkebunan Provinsi Jawa Barat yang ditugaskan di Kabupaten Purwakarta.
Ditemukan banyak serangan hama dan penyakit tanaman (Helopeltis, Empoasca, Ulat Penggulung Daun, Cacar Daun, dll) yang ternyata sudah eksplosif, tetapi saat itu kami dan para petani tidak melakukan tindakan apapun.
Berdasarkan pengamatan petugas POPT tersebut akhirnya kami direkomendasikan untuk menggunakan pestisida sintetis karena serangan hama sudah sangat masif, tidak bisa diupayakan menggunakan pestisida nabati sebagaimana biasanya dianjurkan.
Berita hasil pengamatan lantas menyebar, terutama di media lokal PURWAKARTA ONLINE dan dikutip serta diberitakan kembali oleh media besar nasional yang berasal dari Jawa Barat yaitu Pikiran Rakyat.
Bahkan Kepala Bidang Perkebunan Hortikultura Dinas Pangan dan Pertanian Purwakarta yaitu Kurnia Prawira Saputra sengaja berkunjung ke kebun teh kami, melakukan pengamatan serta penggalian informasi dari para petani.
Saat itu di Pak Kabid berbicara dengan Ketua Gapoktan Pusaka Mandiri Desa Pusakamulya, Asep Rahmat Saleh Setiaji, mengakui bahwa saat ini memang banyak pihak yang sudah cukup abai terhadap usaha pertanian teh di Kabupaten Purwakarta.
Saya kira cukup wajar, baik Pemerintah Daerah Kabupaten, Provinsi maupun Pemerintah Pusat, beberapa tahun belakangan terfokus pada isu ketahanan pangan, yang membuat komoditas lain selain pangan itu sedikit terabaikan.
Isu krisis pangan, tidak hanya dibahas oleh ahli pertanian dan ahli pangan bahkan dibahas juga oleh kalangan militer. Program ketahanan pangan itu melibatkan banyak pihak, lintas Kementerian Kementerian sampai melibatkan TNI dan Polri.
Maka sangat wajar jika Pemerintah Kabupaten Purwakarta pun bisa disebut sedikit 'abai' terhadap usaha tani pertanian teh.
Dampak Lumpuhnya Usaha Pertanian Teh di Kabupaten Purwakarta
Saya menilai bahwa sangat riskan juga jika usaha ini diabaikan dan ditinggalkan. Alasannya, karena di Purwakarta usaha ini menyangkut ribuan pelaku yang terlibat.
Sebut saja; petani teh itu sendiri, buruh tani, buruh pemetik pucuk teh, pengepul, pengolah atau pabrik teh, pengemas teh seduh dan warung-warung kecil banyak yang sangat terlibat di sini. Itu belum dari aspek penunjang seperti kios pupuk, produsen pestisida, dan usaha lain.
Bicara usaha tani teh bukan hanya di Purwakarta, kemungkinan ada dampak juga terhadap usaha di provinsi lain, karena seperti kita tahu komoditas teh dari Purwakarta ini dijual dan dipasarkan diantaranya ke produsen teh tubruk Provinsi Jawa Tengah.
Sangat baik kiranya jika kita kembali memperhatikan usaha pertanian teh. Tentu saja harus melibatkan banyak pihak pemerintah, akademisi, perbankan, swasta dan lainnya.
Perlu Dibuka Pasar Baru
Artikel Terkait
Ini Momen Langka! Prabowo Bikin Tamu Harlah PKB Tertawa Gara-Gara Teh, Bukan Kopi di Podium
Lomba Menulis Artikel di Kebun Teh
Matcha: Teh Hijau Premium yang Mulai Diproduksi Petani Inovatif Asal Purwakarta
Petani Purwakarta Tutup Kebun Teh, Strategi Rahasia Bikin Matcha Lokal Kualitas Tinggi
Matcha Khas Purwakarta Mulai Diracik, Inovasi Petani Muda Bangkitkan Teh Lokal
Purwakarta Siap Punya Matcha Sendiri, Petani Teh Lakukan Inovasi demi Bertahan di Tengah Krisis
Apa Bedanya Matcha dan Teh Hijau Biasa? Petani Teh Purwakarta Ungkap Proses Khusus Produksi Matcha
Inovasi Matcha Khas Purwakarta, Upaya Anak Muda Selamatkan Pertanian Teh yang Terancam
Rahasia di Balik Matcha Purwakarta, Inovasi Pucuk Teh Lokal
Inovasi Matcha Khas Purwakarta, Ciptakan Produk Unggulan demi Selamatkan Pertanian Teh Lokal