PURWAKARTA ONLINE - Produksi ayam broiler global menghadapi tekanan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan sekaligus menekan dampak lingkungan. Tantangan ini semakin relevan mengingat meningkatnya permintaan masyarakat terhadap sistem pangan etis dan transparan. Artikel ini menganalisis tantangan keberlanjutan sektor broiler, trade-off antara penggunaan pakan, breed, dan sistem pemeliharaan, serta pendekatan “beyond sustainable” yang mengadopsi prinsip desain berbasis alam. Kajian dilakukan dengan merangkum temuan utama FAI Farms (2024) dan literatur pendukung. Hasil analisis menunjukkan bahwa tantangan keberlanjutan dapat dikurangi melalui pendekatan integratif seperti pemilihan breed tumbuh lambat, reformulasi pakan, serta rekayasa ekosistem yang meniru pola ekologis ayam hutan merah.
1. Pendahuluan
Kebutuhan manusia akan protein hewani terus meningkat, sehingga produksi unggas menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Namun, keberlanjutan sistem ini dipertanyakan karena tingginya konsumsi pakan, dampak lingkungan, serta isu kesejahteraan hewan. FAI Farms melaporkan bahwa sekitar 70 miliar hewan dibudidayakan setiap tahun untuk pangan, dengan ayam menjadi proporsi terbesar.
Selain itu, survei global menunjukkan bahwa 87% konsumen menganggap kesejahteraan hewan sebagai aspek penting dalam produksi pangan. Tekanan sosial ini memaksa industri untuk meninjau kembali model produksi konvensional.
2. Tantangan Keberlanjutan dalam Produksi Broiler
2.1 Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan produksi broiler terutama disumbang oleh rantai pakan. Produksi dan transportasi bahan baku pakan berkontribusi sekitar 70% dari total jejak pemanasan global (GWP) sistem unggas. Penggunaan kedelai dan minyak sawit menambah beban berupa alih fungsi lahan, hilangnya biodiversitas, hingga erosi tanah.
Di tingkat budidaya, energi untuk pemanas, ventilasi, serta manajemen kotoran turut memperbesar potensi eutrofikasi dan acidification.
2.2 Isu Kesejahteraan Hewan
Masalah kesejahteraan terutama muncul pada breed broiler modern yang tumbuh sangat cepat. Temuan FAI Farms menunjukkan bahwa breed cepat tumbuh rentan mengalami mobilitas buruk, kematian tinggi, gangguan perilaku, dan penyakit metabolik seperti pododermatitis dan hock burn. Sebaliknya, broiler slower growing memiliki tingkat mortalitas lebih rendah (2–3% dibanding 3–5%) serta performa perilaku yang lebih baik.
Artikel Terkait
Dampak Sosial-Ekonomi Usaha Peternakan Domba Semi Intensif di Desa Pusakamulya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Peran Perempuan dalam Resiliensi Peternakan dan Diversifikasi Usaha: Sebuah Perspektif Sosial-Ekonomi
Industri Peternakan Masuk Era Kreativitas: Inovasi Teknologi hingga Wisata Edukasi Jadi Tren Baru