Citarum, Saksi Sunyi Prabu Siliwangi: Antara Ekologi, Sejarah, dan Spiritualitas Sunda

photo author
- Rabu, 12 November 2025 | 10:00 WIB
Hulu Sungai Citarum bukan sekadar sumber air. Di sanalah Prabu Siliwangi menapaki jalan tapa. Kini, makna spiritual itu hidup kembali dalam upaya menjaga alam dan budaya Sunda. (Dok. Instagram @khodamtv_idn)
Hulu Sungai Citarum bukan sekadar sumber air. Di sanalah Prabu Siliwangi menapaki jalan tapa. Kini, makna spiritual itu hidup kembali dalam upaya menjaga alam dan budaya Sunda. (Dok. Instagram @khodamtv_idn)

“Bukan untuk meminta sesuatu, tapi untuk membersihkan hati,” ujarnya.

Warisan Spiritual dan Ekologis

Kisah Prabu Siliwangi di Citarum menyimpan pesan besar bagi zaman modern.

Di tengah krisis lingkungan, kisah ini mengingatkan bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah.

Air yang dulu digunakan Prabu Siliwangi untuk menyucikan diri kini menjadi simbol penting bagi gerakan pelestarian Sungai Citarum.

Baca Juga: Harga Sayuran dan Cabai 10 November: Cabe Rawit Mulai Naik, Tomat Turun Tajam p

Sejak Presiden Joko Widodo meluncurkan program “Citarum Harum” tahun 2018, perhatian terhadap kawasan ini meningkat pesat.

Situs-situs budaya seperti Pangsiraman Prabu Siliwangi ikut direvitalisasi oleh pemerintah dan TNI.

Alam yang dulu sakral, kini dijaga kembali dengan semangat ekologis.

Dari Hulu ke Hati

Dalam pandangan para peneliti, kisah Prabu Siliwangi di Citarum adalah folklor yang hidup, kisah yang bukan hanya diceritakan, tapi juga dijalani.

Ia menjadi cermin bahwa spiritualitas Sunda selalu menyatu dengan alam.

Baca Juga: Disabilitas Asal Purwakarta Dihakimi Massa di Karawang hingga Koma, Kini Justru Dituduh Mencuri

Air Citarum yang mengalir dari gunung menuju laut melambangkan perjalanan manusia: lahir, tumbuh, berjuang, lalu kembali pada asalnya.

Maka tak heran bila banyak peziarah datang ke Cisanti bukan sekadar wisata, tapi menyucikan hati dan mengingat kebesaran Sang Pencipta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Metahumaniora

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X