Citarum, Saksi Sunyi Prabu Siliwangi: Antara Ekologi, Sejarah, dan Spiritualitas Sunda

photo author
- Rabu, 12 November 2025 | 10:00 WIB
Hulu Sungai Citarum bukan sekadar sumber air. Di sanalah Prabu Siliwangi menapaki jalan tapa. Kini, makna spiritual itu hidup kembali dalam upaya menjaga alam dan budaya Sunda. (Dok. Instagram @khodamtv_idn)
Hulu Sungai Citarum bukan sekadar sumber air. Di sanalah Prabu Siliwangi menapaki jalan tapa. Kini, makna spiritual itu hidup kembali dalam upaya menjaga alam dan budaya Sunda. (Dok. Instagram @khodamtv_idn)

PURWAKARTA ONLINE - Bagi masyarakat Sunda, Citarum bukan hanya sungai, tapi urat nadi kehidupan. Di sanalah air mengalir dari Gunung Wayang hingga laut Jawa.

Namun, di balik fungsinya sebagai sumber air, Citarum juga menyimpan jejak spiritual Prabu Siliwangi, sang raja Pajajaran yang bertapa dan menyucikan diri di mata air suci itu.

Hulu Citarum dan Jejak Sang Raja

Menurut penelitian Saepul Basor dan tim dari UIN Sunan Gunung Djati, ritual Prabu Siliwangi di mata air Citarum mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.

Laku tapa itu menjadi simbol penyatuan tiga unsur: raga, alam, dan jiwa.

Baca Juga: BPK Temukan Penyimpangan Dana BOS di 10 SMPN Purwakarta, Nilainya Tembus Rp2,2 Miliar!

Mata air tempat Prabu Siliwangi bertapa berada di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kabupaten Bandung.

Tempat ini kini menjadi kawasan konservasi sekaligus wisata spiritual. Airnya jernih, udaranya sejuk, dan di tengahnya terdapat kolam yang disebut Pangsiraman Prabu Siliwangi.

Alam Sebagai Cermin Diri

Dalam pandangan Sunda, alam bukan benda mati. Ia memiliki jiwa.

Karena itu, Prabu Siliwangi datang ke hulu Citarum bukan untuk berkuasa, tapi untuk belajar dari alam.

Ia menyatu dengan kesunyian, mendengar suara air, dan membersihkan diri dari ambisi duniawi.

Baca Juga: Mahfud MD: Kasus Roy Suryo Tak Bisa Diputus Tanpa Bukti Keaslian Ijazah Jokowi, Sarankan Dibawa ke Pengadilan Lain Terlebih Dahulu

Menurut penjaga situs, Atep, yang menjadi narasumber utama dalam penelitian tersebut, setiap pengunjung yang ingin mengikuti ritual penyucian harus melepas alas kaki, berendam tiga kali, lalu berkumur tiga kali.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Metahumaniora

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X