Menkeu Baru Purbaya Dapat Peringatan Global: Jangan Terjebak Belanja Sosial Berlebihan!

photo author
- Jumat, 12 September 2025 | 22:05 WIB
Menkeu Purbaya saat menghadiri ratas bersama Presiden Prabowo dan beberapa menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Selasa, 9 September 2025. (presidenri.go.id)
Menkeu Purbaya saat menghadiri ratas bersama Presiden Prabowo dan beberapa menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Selasa, 9 September 2025. (presidenri.go.id)

PURWAKARTA ONLINE - Pergantian Menteri Keuangan Indonesia dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa dalam reshuffle Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto (8/9/2025) langsung menyulut sorotan tajam dari berbagai pihak.

Salah satunya datang dari pengamat ekonomi ternama, Prof. Rhenald Kasali, yang menyebut gaya Purbaya sebagai “terlalu percaya diri” alias “koboy ekonomi”.

"Ketika muncul langsung koboy, bilang jago ekonomi. Benarkah dia jago? Kita akan lihat nanti," tegas Rhenald dalam kanal YouTube-nya (11/9).

Namun kritik dalam negeri bukan satu-satunya tekanan. Ekonom global Ruchir Sharma, Chairman dari Rockefeller International, ikut mengirimkan peringatan serius untuk menteri baru ini.

Baca Juga: Nepal Memanas: 22 Tewas, Gedung Parlemen Dibakar, Ketimpangan Ekonomi Picu Amarah Rakyat

Pesan Ruchir Sharma Bebaskan Sektor Swasta, Jangan Tiru Negara Latin

Dalam percakapannya dengan Rhenald, Sharma menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh di atas 5 persen per tahun. Namun, hal itu hanya mungkin jika pemerintah:

  • Memberi kebebasan besar kepada sektor swasta, dan
  • Tidak terjebak pada belanja sosial berlebihan.

"China memberi kebebasan luas ke sektor swasta. Dari sanalah kekuatan ekonominya lahir," kata Sharma.

Ia menekankan, bantuan sosial yang terlalu besar justru bisa jadi jebakan stagnasi ekonomi, seperti yang terjadi di banyak negara Amerika Latin.

"Mereka terlalu banyak habiskan anggaran untuk bansos. Pertumbuhan ekonominya jadi mandek."
“Ini hal yang perlu diperhatikan Indonesia,” ujarnya mengingatkan.

Baca Juga: BRI Bangun BLK di Nusakambangan, Berdayakan Warga Binaan dan Dukung Asta Cita Presiden

RI Harus Belajar dari China, Bukan Venezuela

Sharma merujuk pada strategi China di awal 2000-an: bukan fokus pada bansos, melainkan pembangunan infrastruktur besar-besaran, yang membuka lapangan kerja dan meningkatkan daya saing.

"Indonesia masih di tahap pembangunan. Jangan buru-buru subsidi. Fokuslah pada fondasi jangka panjang," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X