Ia juga menambahkan, larangan penggunaan UPF akan mendorong ratusan ribu UMKM pangan hidup kembali.
Antara Kritik dan Tujuan Mulia
Kritik soal menu MBG sebenarnya sudah lama muncul.
Ahli gizi Tan Shot Yen pernah mengingatkan agar menu tidak sekadar mengikuti tren makanan anak-anak seperti burger dan spaghetti.
“Tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, lalu kenapa anak-anak kita diberi makanan berbasis gandum?” sindirnya.
Namun, BGN juga memahami bahwa variasi menu dibutuhkan agar siswa tidak bosan.
“Satu minggu sekali, anak-anak boleh request makanan yang ingin dicoba, misalnya burger. Itu hanya sesekali, bukan setiap hari,” jelas Nanik.
Baca Juga: Sri Radjasa Kritik Pemecatan Ribuan Pendamping Desa, Singgung Maladministrasi Mendes
Jalan Panjang Menuju MBG Ideal
Kasus di Purwakarta dan polemik di Senayan menunjukkan satu hal, jalan menuju MBG yang benar-benar ideal masih panjang.
Di satu sisi, pemerintah daerah seperti Purwakarta sudah berusaha keras menjaga kualitas makanan.
Di sisi lain, perdebatan tentang standar gizi dan peran UPF masih terus bergulir di tingkat nasional.
Meski begitu, semangat utama program ini tetap sama, memberikan gizi terbaik untuk anak bangsa sekaligus menggerakkan roda ekonomi lokal.
Harapannya, langkah-langkah korektif yang diambil sekarang bisa menjadi fondasi agar MBG benar-benar menjadi program unggulan tanpa cela.***