KADIN Friday Breakfast, James Riady Sebut Ekonomi Indonesia 2026 Tangguh di Tengah Dunia Terfragmentasi

photo author
- Minggu, 14 Desember 2025 | 07:40 WIB
Wakil Ketua Umum Koordinator (WKUK) Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady, dalam KADIN Friday Breakfast, pertemuan penutup tahun yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (12/12). James Riady menilai ekonomi Indonesia 2026 tetap kuat meski dunia terfragmentasi. (Dok. Istimewa)
Wakil Ketua Umum Koordinator (WKUK) Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady, dalam KADIN Friday Breakfast, pertemuan penutup tahun yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (12/12). James Riady menilai ekonomi Indonesia 2026 tetap kuat meski dunia terfragmentasi. (Dok. Istimewa)

PURWAKARTA ONLINE - Indonesia menatap 2026 dengan modal yang tidak kecil.

Di saat dunia terlihat rapuh dan penuh ketidakpastian, justru ada optimisme yang menguat dari dalam negeri.

Pesan ini mengemuka dalam agenda KADIN Friday Breakfast yang digelar di Hotel Aryadutta, Jakarta, Jumat (12/12).

Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia Bidang Luar Negeri, James Riady, menyampaikan pandangannya secara lugas.

Baca Juga: Taruhan Nomor Satu Porinju Veliyath Turun 75 Persen Beginilah Investor Ulung Tetap Bertahan

Indonesia, menurutnya, tidak memasuki 2026 dengan tangan kosong. Ada fondasi ekonomi yang relatif kokoh dibanding banyak negara berkembang lain.

Pertemuan rutin pimpinan dan anggota Kadin ini bukan sekadar sarapan bersama. Forum ini menjadi ruang diskusi jujur bagi para pemimpin bisnis.

Tempat berbagi kegelisahan, membaca tantangan, sekaligus menangkap peluang yang masih terbuka lebar.

James menjelaskan, kondisi global saat ini memang tidak ramah. Dunia memasuki fase ekonomi yang melambat dan terfragmentasi.

Baca Juga: BRI Ikut Sindikasi Rp2,2 Triliun, Flyover Sitinjau Lauik Jadi Harapan Baru Sumatera Barat

Geopolitik memanas. Kompetisi antarnegara besar kian tajam. Aliansi global bergeser.

Konflik yang dulu bersifat regional kini berpotensi melebar.

Lembaga internasional seperti IMF, World Bank, hingga OECD menggambarkan ekonomi global dalam tekanan.

Perdagangan melemah. Rantai pasok direstrukturisasi bukan demi efisiensi, tetapi keamanan. Utang publik melonjak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X