PURWAKARTA ONLINE, Cirebon – Konsolidasi gerakan Presidium Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU) yang diadakan di salah satu hotel di Kabupaten Cirebon menjadi sorotan tajam.
Fakta mengejutkan terungkap bahwa pertemuan tersebut tidak mendapat restu dari sesepuh dan tokoh-tokoh pesantren berpengaruh di wilayah Cirebon.
Pesantren-pesantren besar seperti Babakan, Kempek, Arjawinangun, Balerante, Buntet, dan Gedongan—yang dikenal sebagai pusat pergerakan NU—tidak mengetahui sama sekali mengenai konsolidasi ini.
Tidak Ada Restu Sesepuh, Hanya Oknum
Menurut pernyataan resmi dari para pengurus cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cirebon Raya dan beberapa wilayah lainnya seperti Kabupaten Sumedang, Subang, dan Bogor, tidak ada restu dari sesepuh pesantren di Cirebon terkait konsolidasi tersebut.
Baca Juga: MLB NU, Gus Ipul Ingatkan Bahwa NU Keramat!
Hal ini menjadi pertanyaan besar, mengingat tokoh-tokoh pesantren ini memiliki pengaruh besar dalam setiap langkah yang diambil NU.
“Kalaupun ada satu atau dua orang yang hadir dalam konsolidasi, itu bukan atas nama institusi, tetapi murni sebagai individu,” jelas perwakilan PCNU dalam pernyataannya.
Klaim ini menegaskan bahwa gerakan ini lebih merupakan aksi oknum daripada gerakan resmi yang didukung oleh struktur NU.
MLB dalam Tradisi NU, Langka dan Penuh Risiko
Meskipun MLB tercantum dalam AD/ART NU, konsolidasi untuk MLB bukanlah hal yang lazim.
Dalam sejarah NU, MLB hanya pernah dilakukan sekali, yakni pada era KH Abdurrahman Wahid, yang saat itu juga dipengaruhi oleh tekanan dari rezim Orde Baru.
Karena itu, para ulama NU memandang MLB sebagai tindakan penuh risiko yang hanya dilakukan dalam kondisi sangat mendesak.