PurwakartaOnline.com - Kate Middleton, Duchess of Cambridge, telah menjadi pusat perhatian dunia setelah mengumumkan diagnosis kanker dan memulai perawatan yang sesuai.
Kabar ini menguat setelah suaminya, Pangeran William, membatalkan kehadirannya dalam sebuah acara memori pada 27 Februari lalu, dengan alasan terkait kondisi kesehatan istrinya.
Pangeran William, yang telah berusaha menjalankan tugas kerajaannya sembari merawat keluarga, diyakini sangat terpukul dan takut setelah Kate Middleton mulai menjalani perawatan kemoterapi.
Menurut laporan dari Us Weekly, Pangeran William bahkan telah meminta bantuan kepada anggota kerajaan lainnya untuk menggantikan posisinya agar dapat memberikan dukungan penuh kepada istri dan tiga anak mereka.
Baca Juga: Kisah Kasepuhan Ciptagelar: Jejak Kerajaan Pajajaran dan Kearifan Budaya Abadi
Kate Middleton sendiri telah mengungkapkan perasaannya dalam sebuah video pada 22 Maret, di mana dia menjelaskan bahwa dia telah menjalani operasi perut pada Januari 2024 dan sekarang harus menjalani kemoterapi pencegahan.
Kate juga menyatakan bahwa dukungan dan kehadiran Pangeran William telah menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan baginya.
Namun, sebelum pengumuman resmi tersebut, spekulasi dan tekanan mengenai kesehatan Kate Middleton mencapai tingkat yang tidak terbayangkan.
Paddy Harverson, mantan juru bicara Kate Middleton dan Pangeran William, menggambarkan bahwa tekanan tersebut merupakan yang terburuk yang pernah dia lihat.
Baca Juga: Kekalahan Kertabhumi: Konflik Dinasti Majapahit Membuka Pintu Bangkitnya Kekuatan Kerajaan Demak
Bahkan, Harverson menyatakan bahwa kabar tersebut telah menciptakan gelombang rumor dan teori konspirasi yang menghebohkan baik di media sosial maupun media tradisional.
Meskipun demikian, pengumuman resmi dari istana kerajaan pada Jumat lalu mendapat dukungan besar dari seluruh dunia.
Pasangan kerajaan tersebut menyatakan bahwa mereka sangat terharu dengan dukungan yang diberikan.
Jeremy Hunt, seorang pejabat pemerintah, memuji keteguhan hati Kate Middleton dan Raja Charles III dalam menghadapi situasi ini.