Kampung Pangguyangan, Memori Kejayaan Kerajaan Pajajaran yang Terpatri dalam Adat dan Tradisi

photo author
- Rabu, 27 Maret 2024 | 17:05 WIB
Macan tutul yang diduga ditembak Kampung Pangguyangan Desa Sukanagara Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung menembak mati seekor anak macan tutul.(Ist)
Macan tutul yang diduga ditembak Kampung Pangguyangan Desa Sukanagara Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung menembak mati seekor anak macan tutul.(Ist)

PurwakartaOnline.com - Sebuah kisah legendaris tersemat dalam kehidupan masyarakat Kampung Pangguyangan, sebuah kasepuhan yang dipercaya sebagai peninggalan gemilang Kerajaan Pajajaran.

Nama "kasepuhan" sendiri mengandung makna sebagai tempat tinggal para sesepuh, memperlihatkan model kepemimpinan masyarakat yang menghargai warisan adat dan kebiasaan leluhur.

Para sejarawan dan arkeolog menelusuri fakta-fakta sejarah yang menempatkan desa adat ini sebagai bagian penting dari kerajaan yang mengalami keruntuhan di tangan Kesultanan Banten pada pertengahan Abad XVI.

Legenda menceritakan bagaimana keturunan dan pengikut Kerajaan Pajajaran berpencar untuk menyelamatkan diri dari kejaran Kesultanan Banten.

Baca Juga: Exploring Your Cosmic Personality with Cosmos Persona Test

Beberapa di antara mereka menetap di daerah Pangguyangan, menciptakan jejak sejarah yang kuat hingga saat ini.

Dalam perjalanan panjangnya, Kampung Pangguyangan mengalami perpindahan tempat tinggal berkali-kali, dipicu oleh kebutuhan untuk menjauh dari ancaman Kesultanan Banten.

Perjalanan ini berlangsung hingga tahun 2000, ketika Kasepuhan akhirnya menetap di kampung Cikanarang dengan nama Kasepuhan Ciptagelar.

Perpindahan tersebut dipicu oleh sebuah mimpi atau wangsit yang dianggap sebagai petunjuk bagi Abah Anom dan petinggi adat untuk mencari lokasi baru.

Baca Juga: Dewan Pers Dorong Promedia Pertahankan Kualitas Konten Media

Arti dari nama Kasepuhan ‘Ciptagelar’ mencerminkan keberanian untuk mencipta (membentuk) masa depan yang terbuka dan pasrah pada takdir.

Kasepuhan Ciptagelar bukan hanya sebuah komunitas adat, tetapi juga simbol keberlanjutan budaya dan tradisi.

Berada di wilayah yang terpencil, masyarakatnya masih mengikuti kepercayaan dan tradisi nenek moyang mereka.

Kehidupan sehari-hari mereka sangat terkait erat dengan alam, terutama dalam sektor pertanian.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Adat dan Budaya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X