Tradisi Munggahan Menjelang Ramadhan: Hukum, Hikmah, dan Makna dalam Islam!

PURWAKARTA ONLINE - Sebentar lagi, kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Tradisi munggahan, yang sering dilakukan beberapa hari sebelum Ramadhan dengan mengadakan makan-makan bersama keluarga dan kerabat, telah menjadi kebiasaan di Indonesia.

Namun, ada perbedaan pendapat dari pemuka agama tentang keberadaan tradisi ini dalam Islam.

Sebenarnya, Rasulullah SAW tidak pernah melakukan munggahan atau tradisi semacam ini sebelum Ramadhan, dan tidak ada riwayat yang menjelaskan adanya tradisi ini.

Baca Juga: Kepala BIN Budi Gunawan: Aura Jokowi Pindah ke Prabowo? Simak Momen Keduanya Bersama!

Baca Juga: Bank BTN Dilaporkan Nasabah Terkait Kasus Kehilangan Dana, Berikut Fakta-faktanya!

Oleh karena itu, para ulama mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan tradisi ini, kecuali jika tujuannya adalah untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan.

Namun, mengkhususkan tradisi tertentu seperti munggahan ini dan mengaitkannya dengan momen tertentu yang tidak memiliki dasar dari Rasulullah SAW tidak diperbolehkan dalam Islam.

Meskipun begitu, ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari tradisi munggahan, seperti mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mencapai derajat taqwa dan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Baca Juga: Aksi Arogan Pengemudi Fortuner Melanggar Rambu Lalu Lintas dan Menabrak Polisi di Jakarta Barat!

Baca Juga: Denny Indrayana Tuding Presiden dan DPR Langgar Konstitusi dengan Pengesahan Perppu Cipta Kerja Menjadi UU!

Tradisi munggahan juga bisa menjadi kesempatan untuk saling bersilaturahmi dan memaafkan satu sama lain, sesuai dengan hadits yang menyatakan bahwa siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.***