Menelusuri Asal-Usul Ngabuburit: Tradisi Menunggu Buka Puasa Ramadhan yang Berakar dari Bahasa Sunda!

- Kamis, 16 Maret 2023 | 05:00 WIB
Ilustrasi Ngabuburit (Instagram @sourcecoffe.id)
Ilustrasi Ngabuburit (Instagram @sourcecoffe.id)

PURWAKARTA ONLINE - Tradisi Ngabuburit yang menjadi ciri khas Ramadan di Indonesia ternyata berasal dari bahasa Sunda.

Ngabuburit mengacu pada waktu menunggu berbuka puasa yang biasanya diisi dengan berbagai kegiatan seperti mengunjungi tempat wisata, membaca Alquran, mendengarkan ceramah, atau bersantai dengan keluarga atau teman.

Ketua Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan, Hawe Setiawan, menjelaskan bahwa istilah Ngabuburit berasal dari kata dasar "burit" yang berarti sore atau petang, dan merujuk pada kata kerja untuk melakukan kegiatan mengisi waktu seraya menyongsong tibanya sore hari.

Baca Juga: Menjelang Bulan Puasa Ramadhan, Inilah 5 Tips Agar Konsisten Membaca Al-Qur'an Setiap Hari!

Menurut Hawe, keunikan bahasa Sunda terletak pada keterangan waktu yang bisa menjadi kata kerja setelah mendapatkan kata awalan "nga".

“Istilah Ngabuburit merujuk pada kata kerja, yaitu melakukan kegiatan untuk mengisi waktu seraya menyongsong tibanya sore hari,” katanya, Selasa (5/4/2022).

Istilah Ngabuburit sudah muncul sejak lama, tepatnya ketika kebudayaan Islam memasuki tanah Sunda, dan meski berasal dari bahasa Sunda, istilah Ngabuburit kini sudah digunakan secara umum di beberapa daerah di Indonesia.

Baca Juga: Mengenang Pelengseran Gus Dur sebagai Presiden Indonesia: Perjuangan Mewujudkan Agenda Reformasi!

“Bahasa Sunda kosa katanya tidak begitu banyak, tapi variasinya tak terbatas. Maka, keunikan bahasa Sunda terdapat pada keterangan waktu. Orang bisa membuat kata kerja dengan tambahan awal, seperti kata Ngabuburit,” ujarnya.

Fenomena tersebut dipengaruhi peran media sebagai sarana menyebarkan istilah Ngabuburit sehingga mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, meski di sejumlah daerah ada yang memiliki istilah sendiri.

“Seingat saya sudah lama (muncul istilah Ngabuburit). Saya kira sejak nilai-nilai Islam masuk dalam wilayah budaya Sunda,” ujarnya.

Baca Juga: 4 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Agama Buddha: Apa Saja dan Bagaimana Dampaknya?

Kegiatan Ngabuburit kini kian berkembang dan beragam dibanding awal kemunculannya, dan disesuaikan dengan kebudayaan daerah masing-masing agar lebih kreatif dan berharga serta bisa membantu menghayati Ramadan.

“Sekarang, kegiatan Ngabuburit disesuaikan dengan kebudayaan daerah masing-masing, tentunya diarahkan pada kegiatan yang lebih kreatif dan berharga, bukan hanya untuk mengisi waktu, tapi juga menghayati Ramadan,” jelasnya.

Halaman:

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: unpas.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Apakah itu Narsisme dan apa tanda-tandanya?

Kamis, 23 Maret 2023 | 20:05 WIB
X