LPPNU Dukung Petani Kopi di Kecamatan Tegalwaru Purwakarta Lewat Diskusi di Lembah Gunung Parang

photo author
- Kamis, 19 Juni 2025 | 21:16 WIB
LPPNU dan Komunitas Agra Mandiri gelar diskusi kopi di Tegalwaru, Purwakarta, bahas potensi kopi dan pariwisata gunung. (Dok. PURWAKARTA ONLINE/Enjang Sugianto)
LPPNU dan Komunitas Agra Mandiri gelar diskusi kopi di Tegalwaru, Purwakarta, bahas potensi kopi dan pariwisata gunung. (Dok. PURWAKARTA ONLINE/Enjang Sugianto)

LPPNU Bersama Petani Kopi Tegalwaru, Diskusi Kopi di Lembah Gunung Parang yang Estetik

PURWAKARTA ONLINE – Sebuah diskusi kopi yang penuh semangat dan harapan digelar Komunitas Pemuda Agra Mandiri bersama Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) di Kampung Cikandang, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Kamis 19 Juni 2025.

Bertempat di Saung Bah So’un yang terletak di kaki Gunung Parang, diskusi dimulai pukul 13.00 WIB dan berlangsung hingga sore. Lokasi ini begitu estetik, dikelilingi kemegahan Gunung Parang dan Gunung Bongkok, menyuguhkan panorama bak di negeri dongeng.

“Puncak Gunung Parang sempat menghilang ditelan kabut, seolah membawa kami ke dunia lain,” ujar salah satu peserta.

Tema Diskusi: Kolaborasi untuk Potensi Kopi Tegalwaru

Diskusi bertema “Kolaborasi dan Optimalisasi Potensi Kopi sebagai Komoditi Unggulan Daerah” ini mengangkat semangat baru dari para pemuda dan petani untuk menjadikan kopi lokal sebagai kekuatan ekonomi baru.

Acara menghadirkan narasumber utama Mardani Dika Kusuma alias Gepeng, petani muda sekaligus Owner Kopi Poesaka dari Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes. Hadir pula Asep Rahmat Saleh Setiaji, pembina LMDH Giri Pusaka serta perwakilan dari Kecamatan Tegalwaru, Dinas Pariwisata, Bank BJB, PLN, dan Perhutani.

Data Lapangan: Kopi Masih Tertanam di Pinggiran

Menurut Acep Hanan, Koordinator Penyuluh Pertanian BPP Tegalwaru, kopi robusta di wilayah ini umumnya tumbuh di pinggir kebun atau batas lahan. Belum ada sistem tanam monokultur, dan pasar belum benar-benar menyentuh petani.

“Dari 13 desa di Kecamatan Tegalwaru, kopi sudah ditemukan di Sukamulya, Pasanggrahan, Cisarua, Karoya, Warung Jeruk, dan Galumpit,” terang Acep.

Ia menambahkan bahwa selain Kecamatan Kiarapedes, Wanayasa, Darangdan, Bojong, dan Pondoksalam, ternyata Tegalwaru juga memiliki potensi kopi yang mulai tergarap berkat inisiatif pemuda setempat.

Suara LPPNU dan Petani

Perwakilan LPPNU, Enjang Sugianto dan Indra Purnama Sambas, menekankan pentingnya membangun pasar terlebih dahulu sebelum mengembangkan budidaya.

“Kalau hilirnya terbuka, petani pasti semangat menanam apa pun, termasuk kopi,” tegas mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X