Guru Gembul Telanjangi Kelakuan Oknum Habib di Hadapan Rabithah Alawiyah!

photo author
- Rabu, 11 September 2024 | 17:10 WIB
Guru Gembul sampaikan prolog tegas terkait polemik nasab habib (Ba'alawi) di Rabithah Alawiyah, Jakarta. Minggu, 9 September 2024 (Yt. Guru Gembul)
Guru Gembul sampaikan prolog tegas terkait polemik nasab habib (Ba'alawi) di Rabithah Alawiyah, Jakarta. Minggu, 9 September 2024 (Yt. Guru Gembul)

Status habib digunakan sebagai tameng untuk berbuat hal-hal yang melanggar hukum dan etika.

Lebih parahnya, aparat hukum pun kadang ragu untuk bertindak, karena takut dianggap tidak menghormati keturunan Nabi Muhammad SAW.

Guru Gembul dengan tegas menyatakan, “Coba rasakan bagaimana perasaan umat ketika ada yang mengatakan bahwa sorban kyai-kyai itu derajatnya lebih rendah dari kaki Habib, meski Habib tersebut pezina, tukang narkoba, dan tukang mabuk!” Kritik ini langsung mengarah pada sikap segelintir oknum yang membenarkan tindakan tidak terpuji mereka dengan alasan status nasab.

Baca Juga: Download Tesis Kyai Imad PDF: Mengungkap Polemik Nasab Baalawi yang Kontroversial

Privilage yang Menyakiti Umat

Guru Gembul tidak hanya berhenti di situ.

Ia juga menyinggung narasi yang menyakitkan bagi umat Islam di Indonesia, terutama mereka yang sejak kecil belajar agama dari para ustaz dan kyai.

Namun, mereka harus mendengar bahwa guru-guru mereka dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan habib yang bahkan tidak memiliki akhlak yang baik.

“Bayangkan bagaimana sakit hatinya umat ketika mendengar bahwa habib terbodoh sekalipun 70 kali lebih mulia daripada kyai-kyai yang telah memberikan ilmu kepada mereka sejak kecil,” ujar Guru Gembul.

Narasi ini, menurutnya, membuat umat Islam terjebak dalam sentimen yang salah dan semakin memperburuk polemik.

Baca Juga: Tesis Kyai Imad Belum Terpatahkan, Masyarakat Mulai Sadar!

Debat yang Tidak Berujung

Dalam debat tersebut, Guru Gembul dengan lantang menyatakan bahwa diskusi seperti ini tidak akan menemukan titik terang jika yang dibahas hanya seputar sentimen.

“Debat-debat seperti ini unfaedah, karena yang dibangun bukan studi akademik, tapi sentimen-sentimen sejak awal,” katanya.

Ia menegaskan bahwa perdebatan panjang tentang nasab ini akan terus berlanjut jika tidak ada introspeksi mendalam dari semua pihak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X