PURWAKARTA ONLINE - Prabu Siliwangi adalah legenda yang hidup di hati masyarakat Sunda.
Ia bukan hanya raja besar Pajajaran, tapi juga jembatan budaya yang menyatukan dua dunia: tradisi Sunda dan nilai-nilai Islam.
Penelitian Basor dkk. (2025) menunjukkan bahwa perjalanan spiritual Prabu Siliwangi di mata air Citarum adalah simbol pertemuan dua arus besar: kearifan lokal dan tauhid.
Islam Datang dengan Lembut
Ketika Islam mulai masuk ke Tatar Sunda pada abad ke-15, banyak kerajaan di Jawa Barat mengalami perubahan besar.
Tapi di Pajajaran, perubahan itu berlangsung damai.
Sebab, sang raja, Prabu Siliwangi, memahami bahwa agama baru ini membawa nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran leluhur seperti kasih sayang, kejujuran, dan keadilan.
Ia tidak menolak Islam. Justru ia mencoba memahaminya lewat jalan batin.
Ia menikahi Subang Larang yang beragama Islam, dan mengizinkan anak-anaknya belajar agama itu.
Dari pernikahan itu lahirlah Raden Walangsungsang dan Rara Santang, dua tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Tapa sebagai Jalan Pencerahan
Dalam pandangan folklor Sunda, tapa bukan sekadar duduk diam di hutan.
Ia adalah proses penyucian diri untuk mencapai kebijaksanaan.
Dan bagi Prabu Siliwangi, tapa di Citarum adalah cara untuk mendekat kepada Sang Pencipta, cara untuk memahami Islam dengan hatinya, bukan hanya pikirannya.