Prabu Siliwangi: Jembatan Antara Budaya Sunda dan Nilai-Nilai Islam

photo author
- Rabu, 12 November 2025 | 13:00 WIB
Ilustrasi Prabu Siliwangi. Di tengah peralihan zaman, Prabu Siliwangi menjadi sosok penghubung antara budaya Sunda dan Islam. Ia mencontohkan bagaimana tradisi lokal bisa menyatu dengan iman tanpa kehilangan jati diri. (Dok. Istimewa)
Ilustrasi Prabu Siliwangi. Di tengah peralihan zaman, Prabu Siliwangi menjadi sosok penghubung antara budaya Sunda dan Islam. Ia mencontohkan bagaimana tradisi lokal bisa menyatu dengan iman tanpa kehilangan jati diri. (Dok. Istimewa)

PURWAKARTA ONLINE - Prabu Siliwangi adalah legenda yang hidup di hati masyarakat Sunda.

Ia bukan hanya raja besar Pajajaran, tapi juga jembatan budaya yang menyatukan dua dunia: tradisi Sunda dan nilai-nilai Islam.

Penelitian Basor dkk. (2025) menunjukkan bahwa perjalanan spiritual Prabu Siliwangi di mata air Citarum adalah simbol pertemuan dua arus besar: kearifan lokal dan tauhid.

Islam Datang dengan Lembut

Ketika Islam mulai masuk ke Tatar Sunda pada abad ke-15, banyak kerajaan di Jawa Barat mengalami perubahan besar.

Tapi di Pajajaran, perubahan itu berlangsung damai.

Sebab, sang raja, Prabu Siliwangi, memahami bahwa agama baru ini membawa nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran leluhur seperti kasih sayang, kejujuran, dan keadilan.

Ia tidak menolak Islam. Justru ia mencoba memahaminya lewat jalan batin.

Ia menikahi Subang Larang yang beragama Islam, dan mengizinkan anak-anaknya belajar agama itu.

Dari pernikahan itu lahirlah Raden Walangsungsang dan Rara Santang, dua tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon dan sekitarnya.

Tapa sebagai Jalan Pencerahan

Dalam pandangan folklor Sunda, tapa bukan sekadar duduk diam di hutan.

Ia adalah proses penyucian diri untuk mencapai kebijaksanaan.

Dan bagi Prabu Siliwangi, tapa di Citarum adalah cara untuk mendekat kepada Sang Pencipta, cara untuk memahami Islam dengan hatinya, bukan hanya pikirannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Jurnal Metahumaniora

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X