PURWAKARTA ONLINE - Mei 1998, Indonesia seperti berada di ujung neraka. Kerusuhan meluas, gedung-gedung terbakar, jeritan minta tolong memenuhi udara.
Namun di balik asap dan darah, gelombang perubahan sedang lahir. Sebuah revolusi rakyat memaksa seorang presiden yang berkuasa lebih dari 32 tahun untuk menyerah.
Jakarta Terbakar, Ribuan Bangunan Porak-Poranda
Kerusuhan bermula dari tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998. Tragedi ini menjadi pemicu kemarahan rakyat yang selama ini dipendam. Jakarta meledak.
Pasar, swalayan, dan pusat perbelanjaan diserang dan dijarah. Hero, Ramayana, Makro, Super Indo, Borobudur – semua luluh lantak.
Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami Al-Makmur Dusun Legokbarong
Toko-toko dibakar, kendaraan dibalik, dan asap hitam membubung dari ruko-ruko yang dibakar massa.
Di Bekasi, Depok, Bogor, Solo, dan Medan, kejadian serupa berlangsung – amuk massa merata di seluruh Pulau Jawa dan Sumatera.
Tragedi Klender: Api Membakar Nyawa
Salah satu tragedi paling memilukan terjadi di Mall Yogya Plaza Klender, Jakarta Timur. Api membakar pusat perbelanjaan itu saat ratusan orang masih berada di dalamnya.
Tak sempat menyelamatkan diri, puluhan orang terjebak dan terbakar hidup-hidup. Bau daging hangus menyelimuti sore yang kelam.
Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami Al-Makmur Dusun Legokbarong
Jasad-jasad hitam hangus dibaringkan di halaman mall, ditutup kain seadanya. Diperkirakan antara 288 hingga 488 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Negara Absen, Aparat Diam, Rakyat Tewas