Video Prabowo di Bioskop dan Budaya Klaim: Antara Komunikasi Publik dan Manipulasi Persepsi

photo author
- Minggu, 14 September 2025 | 21:05 WIB
Istana tanggapi tentang pemutaran video Presiden Prabowo di bioskop.  ((Instagram/presidenrepublikindonesia))
Istana tanggapi tentang pemutaran video Presiden Prabowo di bioskop. ((Instagram/presidenrepublikindonesia))

PURWAKARTA ONLINE - Opini, Belum lama ini, publik dikejutkan oleh kemunculan video pendek Presiden Prabowo Subianto yang diputar di bioskop-bioskop sebelum film dimulai.

Video tersebut menampilkan narasi ajakan untuk menyejahterakan rakyat, suasana akrab bersama petani dan anak-anak, serta serangkaian angka yang diklaim sebagai capaian dari program Kabinet Merah Putih tahun 2025.

Fenomena ini menyita perhatian dan memunculkan perdebatan di berbagai ruang diskusi, mulai dari media sosial hingga forum-forum akademik.

Sebagian menyambutnya sebagai bentuk inovasi komunikasi publik. Namun tak sedikit yang memandang ini sebagai bentuk soft campaign terselubung, bahkan manipulasi persepsi melalui media hiburan.

Baca Juga: BRI Dorong Literasi Finansial Generasi Muda Lewat BRImo dan Edukasi Menabung Sejak Dini

Budaya Klaim yang Terus Berulang

Klaim capaian pemerintahan bukanlah hal baru di republik ini. Setiap rezim memiliki cara untuk “menghitung keberhasilan”-nya sendiri.

Namun yang patut dikritisi adalah sumber data dan proses verifikasinya. Dalam video tersebut, pemerintah menyampaikan:

  • 1.200 ton ekspor jagung
  • 21 juta ton produksi beras nasional
  • 5.800 SPPG untuk MBG
  • 80.000 koperasi desa
  • 100 Sekolah Rakyat

Semua itu terdengar mengesankan, namun tidak satu pun dari angka-angka tersebut dilengkapi dengan sumber atau konfirmasi dari lembaga statistik nasional (semisal BPS), laporan kementerian terkait, atau hasil audit independen.

Ini membuatnya lebih mirip narasi promosi, bukan laporan kinerja yang bisa diuji secara publik.

Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami Al-Makmur Dusun Legokbarong

Dalam era pasca-kebenaran (post-truth), klaim visual yang emosional dan menyentuh jauh lebih memengaruhi opini publik ketimbang angka akurat.

Dan justru di sinilah bahayanya: ketika kebenaran dibentuk bukan oleh data, tetapi oleh narasi visual yang dikemas apik.

Komunikasi Politik atau Kampanye Gaya Baru

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X