PurwakartaOnline.com - Pagar Nusa, sebuah lembaga di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang tumbuh sebagai garda terdepan dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia, menjadi simbol kebanggaan NU dan bangsa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah Pagar Nusa, yang bermula dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren.
Puncak Surutnya Pencak Silat di Pesantren
Pencak silat, pada awalnya, merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren. Namun, surutnya pencak silat terasa dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Sebelumnya, pondok pesantren merupakan pusat kegiatan ilmu bela diri tersebut, dengan kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren yang juga menjadi pendekar pencak silat.
Pada masa itu, tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan keanekaragamannya, baik dari segi agama, aqidah, maupun kepercayaan. Perguruan-perguruan itu bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. Para ulama-pendekar merasa gelisah melihat kenyataan tersebut.
Baca Juga: Perjalanan Keluar Nahdlatul Ulama dari Masyumi: Menggali Alasan dan Implikasinya
Mengatasi Gelisah: Lahirnya Pagar Nusa
H. SuharbiIlah, seorang pendekar dari Surabaya, dan K.H. Mustofa Bisri di Rembang membagikan keprihatinan mereka kepada K.H. Agus Maksum Jauhari (Gus Maksum), tokoh ilmu bela diri yang diakui. Pada 27 September 1985, mereka berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk membentuk wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat.
Musyawarah di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 3 Januari 1986, menetapkan susunan Pengurus Harian Jawa Timur yang menjadi embrio Pengurus Pusat, dengan Gus Maksum sebagai ketua umum. Nama organisasi yang diusulkan dan disepakati dalam musyawarah tersebut adalah Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa.
Lambang dan Semangat Pagar Nusa
K.H. Mujib Ridlwan dari Surabaya memberi nama "Pagar Nusa," yang kemudian diadopsi sebagai nama organisasi. Lambang Pagar Nusa, dirancang oleh H. Suharbillah, menggambarkan segi lima berwarna hijau dengan bola dunia di dalamnya. Lambang ini dilengkapi dengan pita bertuliskan "Laa ghaliba illa billah" yang berarti "tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah," serta bintang sembilan dan trisula sebagai simbol pencak silat.
Baca Juga: Hari Lahir Pagar Nusa 3 Januari: Menguatkan Jejak Seni Bela Diri Pencak Silat di Tanah Air
Perkembangan dan Transformasi Pagar Nusa
Pada Muktamar NU di Cipasung (1994), Pagar Nusa berubah status dari lembaga menjadi Badan Otonom. Namun, pada Muktamar NU di Lirboyo (1999), status Badan Otonom kembali berubah menjadi lembaga. Munas II Pagar Nusa diadakan di Padepokan IPSI Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada 22 Januari 2001, membahas peraturan dasar, kepastian, teknik, dan jurus.
Saat ini, Pagar Nusa memiliki seragam khusus untuk atlet, pasukan inti, pengurus, tim khusus, dan kebesaran. Seragam-seragam ini mencerminkan keberagaman dan kesatuan dalam menyebarkan seni bela diri pencak silat yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi NU.
Artikel Terkait
Abu Hasan Al-Syadzili: Sufi Kaya Raya Pendiri Tarekat Syadziliyah
Abu Hasan As-Syadzili: Sufi Tarekat yang Kerap Pakai Baju Bagus dan Mahal, Berpenampilan Sempurna di Depan Umum
Jejak Kekayaan Abu Hasan As-Syadzili, Pendiri Tarekat Sufi Terkemuka yang Juga Pengusaha Perkebunan
Abu Hasan As-Syadzili: Tasawuf Bukanlah Menyendiri di Gua, dan Meninggalkan Tanggung Jawab Sosial
Klarifikasi PBNU: Alasan Pencopotan KH Marzuqi Mustamar dari Ketua PW NU Jatim
Apa Visi Sebenarnya Nahdlatul Ulama Didirikan? Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf Membeberkan dengan Jernih!
Kenapa Nahdlatul Ulama Keluar dari Masyumi? Begini Penjelasan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf
Menelusuri Jejak Peradaban Islam Nusantara: Visi dan Realitas Pembangunan Ajaran Ahlus Sunnah di Indonesia
Perjalanan Keluar Nahdlatul Ulama dari Masyumi: Menggali Alasan dan Implikasinya
Hari Lahir Pagar Nusa 3 Januari: Menguatkan Jejak Seni Bela Diri Pencak Silat di Tanah Air