Pagar Nusa: Jejak Seni Bela Diri NU yang Menyatukan Tradisi dan Kebanggaan

photo author
- Selasa, 2 Januari 2024 | 13:30 WIB
Ketum Pagar Nusa. Sejarah kelahiran Pagar Nusa (NU Online)
Ketum Pagar Nusa. Sejarah kelahiran Pagar Nusa (NU Online)

PurwakartaOnline.com - Pagar Nusa, sebuah lembaga di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang tumbuh sebagai garda terdepan dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia, menjadi simbol kebanggaan NU dan bangsa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah Pagar Nusa, yang bermula dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren.

Puncak Surutnya Pencak Silat di Pesantren

Pencak silat, pada awalnya, merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren. Namun, surutnya pencak silat terasa dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Sebelumnya, pondok pesantren merupakan pusat kegiatan ilmu bela diri tersebut, dengan kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren yang juga menjadi pendekar pencak silat.

Pada masa itu, tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan keanekaragamannya, baik dari segi agama, aqidah, maupun kepercayaan. Perguruan-perguruan itu bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. Para ulama-pendekar merasa gelisah melihat kenyataan tersebut.

Baca Juga: Perjalanan Keluar Nahdlatul Ulama dari Masyumi: Menggali Alasan dan Implikasinya

Mengatasi Gelisah: Lahirnya Pagar Nusa

H. SuharbiIlah, seorang pendekar dari Surabaya, dan K.H. Mustofa Bisri di Rembang membagikan keprihatinan mereka kepada K.H. Agus Maksum Jauhari (Gus Maksum), tokoh ilmu bela diri yang diakui. Pada 27 September 1985, mereka berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk membentuk wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat.

Musyawarah di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 3 Januari 1986, menetapkan susunan Pengurus Harian Jawa Timur yang menjadi embrio Pengurus Pusat, dengan Gus Maksum sebagai ketua umum. Nama organisasi yang diusulkan dan disepakati dalam musyawarah tersebut adalah Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa.

Lambang dan Semangat Pagar Nusa

K.H. Mujib Ridlwan dari Surabaya memberi nama "Pagar Nusa," yang kemudian diadopsi sebagai nama organisasi. Lambang Pagar Nusa, dirancang oleh H. Suharbillah, menggambarkan segi lima berwarna hijau dengan bola dunia di dalamnya. Lambang ini dilengkapi dengan pita bertuliskan "Laa ghaliba illa billah" yang berarti "tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah," serta bintang sembilan dan trisula sebagai simbol pencak silat.

Baca Juga: Hari Lahir Pagar Nusa 3 Januari: Menguatkan Jejak Seni Bela Diri Pencak Silat di Tanah Air

Perkembangan dan Transformasi Pagar Nusa

Pada Muktamar NU di Cipasung (1994), Pagar Nusa berubah status dari lembaga menjadi Badan Otonom. Namun, pada Muktamar NU di Lirboyo (1999), status Badan Otonom kembali berubah menjadi lembaga. Munas II Pagar Nusa diadakan di Padepokan IPSI Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada 22 Januari 2001, membahas peraturan dasar, kepastian, teknik, dan jurus.

Saat ini, Pagar Nusa memiliki seragam khusus untuk atlet, pasukan inti, pengurus, tim khusus, dan kebesaran. Seragam-seragam ini mencerminkan keberagaman dan kesatuan dalam menyebarkan seni bela diri pencak silat yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi NU.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X