Hari Lahir Pagar Nusa 3 Januari: Menguatkan Jejak Seni Bela Diri Pencak Silat di Tanah Air

photo author
- Selasa, 2 Januari 2024 | 06:00 WIB
Kejurda Pencak Silat Pagar Nusa ke-8 tingkat Provinsi Jawa Tengah berlangsung di Kota Salatiga. Kudus raih Juara Umum I.*  (Humas Pemkot Salatiga)
Kejurda Pencak Silat Pagar Nusa ke-8 tingkat Provinsi Jawa Tengah berlangsung di Kota Salatiga. Kudus raih Juara Umum I.* (Humas Pemkot Salatiga)

PurwakartaOnline.com - Hari Lahir Pagar Nusa, yang jatuh pada tanggal 3 Januari, menjadi tonggak sejarah penting dalam perjalanan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa. Sebagai lembaga di lingkungan NU, Pagar Nusa memiliki misi mulia dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia.

Menyelamatkan Warisan Pencak Silat dari 'Kepunahan'

Pada 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Pagar Nusa lahir sebagai respons terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Pencak silat, yang awalnya menjadi kebanggaan pesantren, mulai meredup. Hal ini ditandai dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai tempat pengembangan pencak silat.

Peran Kiai Sebagai Pendekar Pencak Silat

Sebelumnya, pondok pesantren bukan hanya tempat ilmu agama, melainkan juga pusat kegiatan pencak silat. Para kiai atau ulama pengasuh pesantren tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga mendalami bela diri. Mereka adalah pendekar pencak silat sekaligus, memadukan aspek tenaga dalam dengan keahlian bela diri.

Baca Juga: Yamaha XMax 250 Tech Max: Eksklusifitas dan Performa Maksimal

Perjalanan Sejak Pembentukan Hingga Muktamar Pertama

Pagar Nusa tidak terbentuk begitu saja. H SuharbiIlah dan K.H. Mustofa Bisri, bersama dengan tokoh ilmu bela diri K.H. Agus Maksum Jauhari (Gus Maksum), merumuskan langkah-langkah pembentukan. Melalui musyawarah pada 27 September 1985 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, terbentuklah Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU.

Puncaknya, pada 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Pagar Nusa secara resmi didirikan. Gus Maksum terpilih sebagai ketua umumnya. Nama "Pagar Nusa" diusulkan oleh K.H. Anas Thohir dan berasal dari K.H. Mujib Ridlwan, putra dari pencipta lambang NU, K.H. Ridlwan Abdullah.

Mengenali Lambang Pagar Nusa

Lambang Pagar Nusa, dirancang oleh H. Suharbillah, memiliki makna mendalam. Segi lima berwarna hijau dengan bola dunia di dalamnya melambangkan kesatuan. Pita bertuliskan "Laa ghaliba illa billah" mengingatkan bahwa kemenangan hanya datang dari Allah. Bintang sembilan dan trisula menjadi simbol kuat dari seni bela diri pencak silat.

Baca Juga: NETA V: Mengungkap Kehebatan SUV Listrik China yang Merajai Pasar Indonesia

Perubahan Status dan Perkembangan Organisasi

Seiring waktu, Pagar Nusa mengalami perubahan status dari lembaga menjadi badan otonom, kemudian kembali menjadi lembaga. Muktamar NU di Cipasung (1994) dan Lirboyo (1999) menjadi saksi perubahan tersebut. Perjalanan panjang ini mencapai puncaknya dengan Munas II di Padepokan IPSI Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada 22 Januari 2001.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X