PURWAKARTA ONLINE - Satu ucapan di siaran langsung bisa berujung panjang. Kasus hinaan terhadap suku Sunda membuka mata banyak orang tentang dampak serius ujaran kebencian di era digital.
Akibat hina suku Sunda, seorang streamer menuai kecaman luas. Kasus ini menjadi pelajaran penting soal etika, tanggung jawab, dan bijak bermedia sosial.
Peristiwa yang melibatkan streamer Adimas Firdaus alias Resbob menjadi sorotan nasional. Ucapan bernada menghina yang ia lontarkan saat siaran langsung viral dan memicu kemarahan publik, khususnya masyarakat Sunda.
Reaksi keras pun muncul, mulai dari kecaman di media sosial hingga massa yang mendatangi kediamannya untuk menuntut proses hukum.
Baca Juga: Taruhan Nomor Satu Porinju Veliyath Turun 75 Persen Beginilah Investor Ulung Tetap Bertahan
Dalam video yang beredar luas, Resbob mengucapkan kalimat yang menyinggung suku Sunda dan pendukung klub sepak bola asal Bandung.
Banyak pihak menilai ucapan tersebut bukan sekadar emosi sesaat, melainkan bentuk ujaran kebencian yang melukai identitas budaya.
Situasi memanas ketika sebagian massa bahkan mengancam akan bertindak lebih keras jika tidak ada penindakan hukum.
Menanggapi polemik itu, Resbob menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf melalui video di akun TikTok miliknya.
Baca Juga: BRI Dukung Flyover Sitinjau Lauik Rp2,2 Triliun, Infrastruktur Strategis Sumbar Akhirnya Dipercepat
Ia mengaku berada dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh alkohol dan tidak percaya telah mengucapkan kalimat tersebut.
Ia juga menegaskan tidak memiliki kebencian terhadap suku Sunda, mengingat sejak kecil ia dibesarkan oleh ibu sambung berdarah Sunda dari Tasikmalaya serta dibimbing tokoh dan kiai asal Sunda.
Hingga kini, kasus tersebut masih menjadi perbincangan hangat dan menuai beragam reaksi. Kasus ini menunjukkan akibat nyata dari satu ucapan di ruang digital.