PURWAKARTA ONLINE - Semarang masih menyimpan tanda tanya besar soal kematian Dwinanda Linchia Levi, dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang yang ditemukan tak bernyawa di kamar kostel kawasan Gajahmungkur, Senin (17/11/2025).
Satu per satu fakta mulai bermunculan, dan publik kini memandang ke satu nama: AKBP Basuki, orang terakhir yang bersama korban.
Di tengah banyaknya kejanggalan, muncul pertanyaan sederhana yang terus diulang oleh keluarga dan mahasiswa Untag, “Kapan AKBP Basuki benar-benar bicara jujur?”
Kita coba merangkum perkembangan terbaru, fakta yang terungkap, serta benang merah yang membuat publik semakin kritis menunggu pengakuan utuh dari perwira polisi tersebut.
Baca Juga: Polemik KUHAP Baru Memanas: Frasa ‘Keadaan Mendesak’ Dinilai Bisa Picu Penyalahgunaan Wewenang
Kejadian Pagi Buta yang Mengubah Banyak Hal
Pagi itu, sekitar pukul 05.30 WIB, AKBP Basuki melapor ke Polsek Gajahmungkur.
Ia menyebut dirinya menemukan Levi sudah meninggal di kamar. Tidak ada orang lain di sana selain dia dan korban.
Laporan tersebut kemudian menjadi pintu masuk penyelidikan polisi.
Namun di sinilah gas pertama keluar. Keluarga mengaku baru menerima kabar kematian Levi pada petang hari, belasan jam setelah laporan masuk.
Kakak korban, Fian, bahkan pernah melihat foto yang dikirim oleh orang dekat yang tinggal di Purwokerto. Foto jasad Levi itu lalu mendadak dihapus.
“Sekilas ada darah di perut dan paha,” ujar Fian.
Baca Juga: Harga Sayuran & Cabai: Update Terbaru 20 November di Pasar Induk
Publik bertanya, jika memang murni sakit, mengapa fotonya sempat dikirim lalu dihapus?