Baca Juga: PT CRP Purwakarta Tak Beroperasi! Karyawan Tak Digaji Sejak Juli 2024
Selain nilai spiritualnya, Kampung Tajur juga dikenal karena mempertahankan budaya Sunda yang kental.
Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2004 oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta di era kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi.
Kampung Tajur ini tetap mempertahankan rumah-rumah adat berbentuk panggung yang terbuat dari kayu dan bambu.
Tercatat ada sekitar 40 rumah panggung yang kini digunakan sebagai homestay bagi para wisatawan.
Baca Juga: PT CRP Purwakarta Tak Beroperasi! Karyawan Tak Digaji Sejak Juli 2024
Uniknya, seluruh rumah di sini dicat dengan warna hitam dan putih, menciptakan suasana tradisional yang elegan.
Tak hanya itu, mayoritas warga masih menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak, sebuah kebiasaan yang kini semakin jarang ditemukan di era modern.
Menginap di Kampung Tajur memberikan pengalaman yang berbeda dari sekadar berlibur.
Wisatawan bisa merasakan bagaimana hidup di rumah panggung yang sejuk, menikmati makanan tradisional yang dimasak dengan kayu bakar, serta berinteraksi langsung dengan warga yang ramah.
Tidak sedikit wisatawan dari perkotaan yang merasa betah dan ingin kembali lagi setelah merasakan kedamaian serta kehangatan yang ditawarkan kampung ini.
Bagi mereka yang mencari ketenangan dan ingin menjauh sejenak dari kehidupan modern yang serba cepat, Kampung Tajur adalah pilihan sempurna.
Kampung Wisata Tajur di Purwakarta bukan sekadar destinasi biasa. Keindahan alam, kearifan lokal yang masih terjaga, serta aura spiritual yang kuat menjadikannya tempat yang istimewa.
Bagi mereka yang mencari keseimbangan antara wisata alam dan wisata religi, Kampung Tajur adalah jawaban yang tepat.
Baca Juga: Pasukan Siliwangi, Benteng Kemerdekaan dan Pembasmi Pemberontakan PKI