Purwakarta Online – AstraZeneca, salah satu produsen vaksin COVID-19, menghadapi sorotan karena efek samping langka yang terkait dengan produknya.
Baru-baru ini, dalam sebuah pengadilan di Inggris, AstraZeneca mengakui bahwa vaksin buatannya memiliki potensi untuk memicu Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome (TTS).
TTS adalah sindrom langka yang menggabungkan pembekuan darah (thrombosis) dengan jumlah trombosit yang rendah (thrombocytopenia).
Sindrom ini juga dikenal sebagai 'trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin' (VITT).
Baca Juga: Peringatan Hardiknas 2024: Merayakan Perjalanan Pendidikan Indonesia Menuju Merdeka Belajar
Trombosis terjadi saat bekuan darah menghalangi aliran darah normal dalam pembuluh darah, sementara trombositopenia adalah kondisi di mana jumlah trombosit dalam darah rendah, yang dapat menyebabkan pendarahan berlebihan.
Kasus pertama yang menggugat AstraZeneca terkait dengan TTS dilakukan oleh Jamie Scott pada tahun lalu.
Jamie mengalami cedera otak permanen setelah mendapatkan vaksin tersebut pada April 2021.
Meskipun AstraZeneca awalnya menyangkal klaim tersebut, mereka akhirnya mengakui dalam dokumen hukum pada Februari bahwa vaksin mereka dapat menyebabkan TTS dalam kasus yang sangat langka.
Gejala dan Risiko TTS
TTS merupakan kondisi serius yang membutuhkan perhatian medis segera. Gejalanya meliputi nyeri dada, sakit kepala berkepanjangan, penglihatan kabur, kesulitan berbicara, dan sesak napas.
Selain itu, juga dapat terjadi pembekuan darah di berbagai bagian tubuh, seperti otak, perut, paru-paru, vena ekstremitas, dan arteri.
Meskipun risiko TTS terjadi lebih tinggi pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun, laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa insiden TTS sangat jarang terjadi.