Rahasia Dua Pramugari Selamat dari Tragedi Jeju Air: Kenapa Tempat Duduk di Belakang Pesawat Bisa Menyelamatkan Nyawa?

photo author
- Minggu, 5 Januari 2025 | 22:30 WIB
Kecelakaan pesawaat Jeju Air. (Istimewa/jangkauindonesia.com)
Kecelakaan pesawaat Jeju Air. (Istimewa/jangkauindonesia.com)

PURWAKARTA ONLINE - Tragedi kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi pada 29 Desember 2024 di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, menyisakan cerita mengejutkan dari dua pramugari yang berhasil selamat.

Keduanya, yang duduk di bagian ekor pesawat, adalah satu-satunya yang selamat dari tragedi tersebut yang menewaskan 179 orang. Lantas, apa yang membuat mereka selamat di tengah kehancuran?

Tempat Duduk Teraman di Pesawat: Mengapa Ekor Pesawat Menjadi Pilihan yang Tepat?

Meskipun kecelakaan pesawat sangat jarang terjadi, statistik menunjukkan bahwa posisi duduk di bagian belakang pesawat memiliki peluang selamat yang lebih tinggi.

Baca Juga: KPK Sita Uang Rp62 Miliar Terkait Dugaan Korupsi Proyek PT PP: Apa yang Terjadi?

Berdasarkan analisis data dari Administrasi Penerbangan Federal (FAA) selama 35 tahun, kursi di bagian belakang pesawat mencatatkan tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan kursi di bagian depan atau tengah.

Di area belakang pesawat, tingkat kematian tercatat sekitar 32%, sementara di bagian tengah dan depan pesawat lebih tinggi, masing-masing 39% dan 38%.

Berdasarkan laporan dari Kepala Pemadam Kebakaran Muan, Lee Jung-hyun, bagian ekor pesawat Jeju Air yang hancur itu masih terlihat dalam kondisi yang lebih utuh.

Menurutnya, “Hanya bagian ekor yang masih sedikit bentuknya, dan bagian lainnya hampir mustahil untuk dikenali.”

Inilah yang memungkinkan kedua pramugari tersebut, yang duduk di bagian ekor, selamat meski pesawat mengalami kecelakaan parah.

Baca Juga: Alvin Lim Wafat, Perjalanan Karier dan Warisan Sang Advokat

Pengalaman Lee Mo: Keberuntungan di Tengah Kehancuran

Lee Mo, salah satu pramugari yang selamat, menceritakan pengalamannya yang menggugah. Menurutnya, sebelum pesawat mendarat, dia mengencangkan sabuk pengamannya. Hal berikutnya yang diingatnya adalah terbangun di ranjang rumah sakit.

Keputusan kecil seperti mengencangkan sabuk pengaman sebelum pendaratan bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati dalam situasi darurat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Reza Ainudin

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X