PURWAKARTA ONLINE - Israel menyebut garis mundur pasukannya di Gaza sebagai perbatasan baru, memicu keraguan global atas kelanjutan rencana damai Trump.
Pernyataan terbaru dari pimpinan militer Israel kembali mengguncang arah pembicaraan damai di Timur Tengah. Garis tempat pasukan Israel mundur di Gaza kini disebut sebagai garis perbatasan baru.
Kalimat singkat ini memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan rencana perdamaian yang dimediasi mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan telah menghentikan perang selama dua tahun antara Israel dan Hamas.
Awalnya, garis yang dikenal sebagai Garis Kuning dimaksudkan sebagai batas sementara. Garis ini menjadi titik awal penarikan pasukan Israel secara bertahap seiring kemajuan proses perdamaian.
Baca Juga: Resbob Hina Suku Sunda: Wagub Jabar Minta Polisi Bertindak, Publik Minta Kasus Diusut Tuntas
Namun, dua bulan setelah gencatan senjata berlaku, kekhawatiran mulai muncul bahwa pembagian wilayah Gaza justru berpotensi menjadi permanen.
Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, dalam kunjungannya ke Gaza menyatakan bahwa Israel memiliki kendali operasional atas sebagian besar wilayah dan akan tetap berada di garis pertahanan tersebut.
Ia bahkan menyebut Garis Kuning sebagai garis perbatasan baru yang berfungsi sebagai garis pertahanan terdepan dan pusat aktivitas operasional.
Pernyataan ini menimbulkan kegelisahan di kalangan diplomat. Banyak pihak khawatir bahwa langkah ini mengubah makna awal kesepakatan.
Baca Juga: Ucapan Resbob soal Sunda Dianggap Ujaran Kebencian, Publik Desak Kampus dan Polisi Bertindak
Alih-alih menjadi jembatan menuju perdamaian, garis tersebut dikhawatirkan justru mengakar sebagai pemisah baru di Gaza.
Rencana perdamaian Trump yang terdiri dari 20 poin sebenarnya telah mendapat dukungan Dewan Keamanan PBB.
Namun, rencana ini menyisakan banyak detail krusial yang belum terjawab. Jadwal pelaksanaan, mekanisme penarikan pasukan, hingga peran pasukan stabilisasi internasional masih memerlukan negosiasi lanjutan.
Fase berikutnya dari rencana ini mengharuskan Hamas melucuti senjata, sementara Israel menarik pasukannya lebih jauh dan digantikan oleh pasukan internasional.