Kembali Memanas! Garis Perbatasan Baru Israel di Gaza Picu Tanda Tanya Besar atas Masa Depan Rencana Damai Trump

photo author
- Sabtu, 13 Desember 2025 | 13:05 WIB
Tentara Israel siaga di dekat Koridor Philadelphi yang ada di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir (Ist)
Tentara Israel siaga di dekat Koridor Philadelphi yang ada di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir (Ist)

Baca Juga: Banyak Desa Tak Punya Lahan, Pembangunan Gudang KDMP Purwakarta Terancam Jalan di Tempat

Di sinilah tantangan terbesar muncul. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka meragukan kemampuan pasukan internasional untuk melucuti Hamas. Ia menegaskan bahwa jika pasukan tersebut tidak mampu, Israel akan melakukannya sendiri.

Tahap pertama gencatan senjata hampir selesai. Hamas telah membebaskan seluruh sandera yang masih hidup dan mengembalikan hampir semua jenazah sandera yang meninggal.

Namun, sikap Hamas tetap keras. Kelompok ini menegaskan haknya untuk melawan dan menolak keterlibatan pasukan stabilisasi internasional dalam proses perlucutan senjata.

Pernyataan ini menunjukkan betapa rumitnya situasi di lapangan. Banyak detail tentang mandat, peran, dan negara penyumbang pasukan internasional yang masih belum jelas. Ketidakpastian ini membuat masa depan rencana damai terlihat rapuh.

Baca Juga: Proyek Kandang Ayam di Maniis Terhenti, Cut and Fill PT Baishun Disetop Satpol PP Purwakarta

Bagi pembaca di era modern, konflik ini memberikan pelajaran penting tentang arti kejelasan komitmen dan komunikasi. Kesepakatan besar tanpa detail yang kuat berisiko memunculkan tafsir berbeda di lapangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini relevan saat kita membuat kesepakatan kerja, komunitas, atau bahkan keluarga. Kejelasan tujuan dan langkah konkret menjadi kunci agar niat baik tidak berubah arah.

Langkah praktis yang bisa diambil adalah membiasakan diri membaca informasi dari berbagai sudut pandang, memahami konteks sebelum bereaksi, dan mengedepankan dialog daripada prasangka.

Situasi di Gaza memang kompleks dan sarat kepentingan. Namun, harapan akan perdamaian belum sepenuhnya padam. Selama dialog tetap terbuka dan masyarakat global terus mendorong solusi damai yang adil, peluang menuju stabilitas masih ada.

Baca Juga: Resbob Hina Viking dan Suku Sunda, Budi Dalton hingga Dedi Mulyadi Angkat Bicara di Medsos

Mari menjadikan isu ini sebagai pengingat bahwa perdamaian membutuhkan kesabaran, kejelasan, dan keberanian untuk berkompromi.

Di dunia yang serba cepat dan penuh perbedaan, sikap saling memahami dan berpikir jernih adalah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X