PURWAKARTA ONLINE - Batik Malessa bukan sekadar produk fashion.
Ia adalah cerita tentang kreativitas, keberlanjutan, dan perempuan yang saling menguatkan.
Semua bermula dari Kampung Dipotrunan, Surakarta.
Pendiri Malessa, Madu Mastuti, melihat peluang dari keterbatasan.
Banyak ibu rumah tangga punya keterampilan menjahit, tapi tidak punya ruang bekerja.
Maka dibentuklah Kelompok Wanita Berkarya.
Baca Juga: Gedung DPRD Purwakarta Disegel 4 Hari, GMNI Tolak Propemperda yang Dinilai Tak Ilmiah dan Tertutup
Produksi dimulai dari kain perca.
Sisa-sisa kain dijahit menjadi daster dan baju rumahan.
Pelan tapi pasti, produk itu diterima pasar.
Dari sana, Malessa berkembang ke kerajinan dan fashion.
Keunikan Malessa terletak pada keberaniannya memadukan batik, lurik, dan tenun.
Kombinasi ini menghasilkan busana eksklusif dengan karakter kuat.
Artikel Terkait
BRI Dukung Flyover Sitinjau Lauik Rp2,2 Triliun, Infrastruktur Strategis Sumbar Akhirnya Dipercepat
Flyover Sitinjau Lauik Dibangun, Peran BRI Jadi Kunci Pembiayaan Infrastruktur Nasional di Sumbar
BRI Ikut Sindikasi Rp2,2 Triliun, Flyover Sitinjau Lauik Jadi Harapan Baru Sumatera Barat
Taruhan Nomor Satu Porinju Veliyath Turun 75 Persen Beginilah Investor Ulung Tetap Bertahan
James Riady Ungkap Peta Risiko Global 2026, KADIN Ajak Pengusaha Indonesia Tetap Berani
Walmart Menutup Lebih dari 4.000 Toko di AS Selama 24 Jam Ini Alasan dan Dampaknya yang Perlu Kamu Tahu
Ekonomi Indonesia Dinilai Lebih Siap Hadapi 2026, Ini Alasan Kuat Versi KADIN
Investasi Besar! Peningkatan Wilayah Udara Senilai Rp 17.000 Triliun, Arah Baru Penerbangan Masa Depan
BRI Dorong Pemberdayaan UMKM, Batik Malessa Tumbuh Lewat Rumah BUMN BRI Solo
Pesan KADIN Jelang 2026: Jangan Diam oleh Risiko, Indonesia Harus Bergerak karena Peluang