Namun ada satu hal yang baru disadarinya puluhan tahun kemudian. Lagu “Hey Bung” yang dulu saya kira berasal dari album Mata Hati Reformasi (1998), ternyata justru dirilis jauh lebih awal, di Generasi Biru (1994).
“Baru ngeh sekarang, ternyata ‘Hey Bung’ udah ada dari 1994. Padahal dulu kupikir itu lagu era Reformasi. Mungkin karena suasananya nyatu banget sama kejadian 1998.”
Lirik yang Seperti Nubuatan Sosial
Kalau kita dengarkan ulang, lirik Hey Bung memang seperti cermin bagi situasi politik akhir 90-an.
“Hey bung... yang di balik meja
coba turun ke jalan...
Jangan tunggu kami turun di jalanan!!!”
Nada-nada itu seperti peringatan dini atas ledakan kemarahan rakyat yang akhirnya benar-benar terjadi empat tahun kemudian.
Slank, lewat lagu ini, sudah lebih dulu menangkap tanda-tanda kegelisahan sosial, sesuatu yang baru meledak jadi gerakan nasional pada 1998.
Baca Juga: Mahfud MD Ditetapkan di Komite Reformasi Polri, Publik Tanya: Bisakah Reformasi dari Dalam?
Generasi Biru: Album Transisi yang Sarat Pesan Sosial
Album Generasi Biru bukan hanya jadi tonggak musikal Slank, tapi juga menandai perubahan sikap mereka terhadap kondisi bangsa.
Dirilis di tengah masa Orde Baru yang ketat, album ini berani mengangkat isu sosial dan moral, tanpa kehilangan nuansa kebebasan khas Slank.
Dari “Balikin” sampai “Mawar Merah”, seluruh lagu di album ini terasa hidup, jujur, dan penuh perlawanan.
“Hey Bung” hanyalah satu dari sekian “pesan rahasia” Slank kepada para pendengarnya agar tetap peka dan berani bersuara.