Ustaz Abdul Somad Posting Kisah Haru Gubernur Riau Abdul Wahid di Tengah OTT KPK, Isyarat Badai Politik?

PURWAKARTA ONLINE - Dunia maya mendadak ramai setelah Ustaz Abdul Somad (UAS) mengunggah kisah menyentuh tentang Gubernur Riau Abdul Wahid, tak lama setelah sang gubernur terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Senin (3/11/2025).

Unggahan itu langsung viral karena bernuansa emosional. UAS menggambarkan perjalanan hidup Abdul Wahid dari anak yatim di kampung Simbar, Indragiri Hilir, hingga menjadi pemimpin provinsi.

“Anak yatim. Dikirim ibunya mondok ke Canduang. Jadi kuli bangunan untuk biaya kuliah. Numpang di kantor PKB,” tulis UAS di media sosial.

Kalimat-kalimat itu dianggap publik sebagai potret sisi manusiawi dari Abdul Wahid, sosok yang kini harus menghadapi badai hukum setelah ditangkap KPK atas dugaan suap di lingkungan Dinas PUPR-PKPP Riau.

Pesan Simbolik: Badai Politik

Yang menarik perhatian warganet adalah kalimat terakhir dari UAS: “Laut politik dengan angin kencang, karang tajam, dipukul ombak, dihempas gelombang.”

Banyak yang menilai kalimat itu sarat makna simbolik, seolah UAS ingin menyampaikan bahwa sahabatnya sedang diterpa badai besar dalam karier politiknya.

“Semua orang berkumpul untuk memudaratkanmu, tidak akan mampu, kecuali sudah takdir Allah,” tulis UAS dalam kutipan hadis yang menutup unggahannya.

Reaksi publik pun terbelah. Sebagian menganggap itu dukungan moral, sebagian lain menilai itu sindiran halus tentang kerasnya dunia politik di Tanah Air.

Dari Cleaning Service ke Kursi Gubernur

Abdul Wahid lahir pada 21 November 1980 di Indragiri Hilir, Riau. Masa kecilnya sulit, ayah meninggal saat ia masih 10 tahun, dan ia bekerja sebagai buruh untuk membiayai sekolah. Perjalanan hidup itu kemudian membentuk citranya sebagai politisi yang “naik dari bawah”, dekat dengan rakyat, dan bersahaja.

Ia meniti karier di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga akhirnya menjadi Gubernur Riau periode 2025-2030 setelah menang di Pilkada 2024.

Namun, belum genap setahun menjabat, namanya justru muncul dalam kasus dugaan suap proyek infrastruktur. KPK menyebut, Abdul Wahid diduga menerima fee 2,5 persen dari nilai proyek Rp177,4 miliar.

Warganet Komentar