Gegara Santri Minum Susu Jongkok, Trans7 Disemprit KPI! Program Xpose Uncensored Resmi Disetop

PURWAKARTA  ONLINE – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) resmi menjatuhkan sanksi penghentian sementara terhadap program Xpose Uncensored yang ditayangkan Trans7.

Langkah tegas ini diambil setelah tayangan bertajuk “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?” menuai kecaman luas dari publik dan kalangan pesantren.

Tayangan tersebut dianggap melecehkan dan menyudutkan kehidupan pesantren serta kiai, khususnya KH Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Baca Juga: KPI Resmi Hentikan Xpose Uncensored! Trans7 Kena Sanksi Gara-Gara ‘Lecehkan’ Kiai dan Pesantren?

KPI Resmi Jatuhkan Sanksi untuk Trans7

Setelah melalui Rapat Pleno Penjatuhan Sanksi, KPI memutuskan untuk menyetop sementara program Xpose Uncensored.
Ketua KPI Pusat Ubaidillah menyatakan bahwa tayangan tersebut melanggar Pasal 6 Peraturan Perilaku Penyiaran (P3) dan Pasal 16 ayat (1) serta (2) huruf (a) Standar Program Siaran (SPS) KPI Tahun 2012.

“Program itu dinilai telah melecehkan lembaga pendidikan dan tidak menghormati nilai-nilai sosial serta keagamaan,” ujar Ubaidillah dalam keterangan resmi dikutip dari MUIDigital, Selasa (14/10/2025).

Ia menambahkan, lembaga penyiaran wajib menghormati perbedaan agama, budaya, dan kehidupan sosial.

Tayangan yang tidak berimbang dan cenderung memprovokasi publik, kata dia, telah melanggar prinsip dasar penyiaran nasional.

KPI: Tayangan Xpose Uncensored Cederai Nilai Pesantren

Menurut KPI, konten tersebut tidak hanya menyesatkan publik, tetapi juga mencoreng nama baik pesantren dan para santri.

“Kiai dan pesantren bukan obyek olok-olok. Pesantren adalah lembaga yang sarat nilai adab, ilmu, dan sejarah perjuangan bangsa,” tegas Ubaidillah, yang juga anggota Komisi Infokom MUI.

Baca Juga: Tagar #BoikotTrans7 Menggila! Alumni Lirboyo Ultimatum 1x24 Jam Usai Tayangan Xplore Uncensored

KPI menerima banyak laporan dari masyarakat, alumni pesantren, dan organisasi keagamaan yang menilai tayangan itu menyimpang dari fakta sebenarnya dan berpotensi menimbulkan kebencian sosial.