PURWAKARTA ONLINE, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menurunkan tim khusus untuk menangani kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur, Purwakarta.
Fenomena ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang menyebabkan penurunan pasokan oksigen secara drastis.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa kematian ikan massal ini merupakan fenomena tahunan yang seharusnya bisa dihindari.
"Setiap tahun kami selalu mengimbau daerah-daerah yang memiliki perairan umum untuk waspada terhadap cuaca ekstrem," ujar Haeru.
Haeru menambahkan bahwa KKP telah merekomendasikan periode budidaya dan melakukan pendampingan rutin kepada masyarakat pembudidaya.
"Kami juga mengingatkan tentang jumlah penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) yang sesuai dengan standar dan daya dukung zonasi," jelasnya.
Direktur Ikan Air Tawar, Ujang Komarudin, menyatakan bahwa total kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur mencapai sekitar 100 ton, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp 2,2 miliar.
"Mayoritas jenis ikan yang mati adalah ikan mas," ujar Ujang.
Ujang juga mengimbau masyarakat pembudidaya untuk melakukan panen total atau panen awal guna menghindari risiko kematian massal.
"KKP merekomendasikan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas budidaya di Waduk Jatiluhur hingga cuaca kembali normal," kata Ujang.
Lokasi kejadian kematian massal ini terjadi di Kampung Pasir Kole, Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, dan Kampung Citerbang, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani.
Ujang menegaskan pentingnya langkah antisipatif untuk menghindari kerugian yang lebih besar.