Kisah Cinta Penuh Duka: Rukmini Chamim dan Pierre Tendean, Mengenang Kisah Tragis Era G30S

PurwakartaOnline.com - Sebuah kisah cinta yang mengharukan dan penuh duka masih menghiasi ingatan kita dari era G30S.

Kisah tragis Rukmini Chamim dan Pierre Tendean adalah bukti nyata bahwa cinta sejati dapat bertahan melawan segala rintangan, meskipun harus berakhir dengan pahitnya tragedi yang terjadi.

Pierre Tendean, seorang pria yang pada awalnya akan merayakan ulang tahun ibunya di Semarang pada 30 September, terpaksa menunda rencana tersebut karena tanggung jawabnya menjaga Jenderal H. Nasution.

Namun, nasib berkata lain saat Pelda Djaharup dan pasukannya tiba di rumah Nasution pada 1 Oktober 1965 dini hari.

Baca Juga: Rahasia Terungkap oleh Guru Gembul: Al-Zaytun Pondok Radikal Dibuat oleh Pemerintah!

Pierre Tendean, anak laki-laki satu-satunya ibu Maria Elizabeth Cornet, harus pergi ke Lubang Buaya, Jakarta Timur, dalam peristiwa G30S yang tragis.

Di sana, ia menghembuskan napas terakhirnya bersama enam jenderal Angkatan Darat.

Maria Elizabeth Cornet, ibu Pierre, harus menanggung beban duka yang begitu berat.

Kehilangan putranya mengakibatkan kesehatannya merosot dan ia bahkan harus berjuang melawan kanker.

Baca Juga: Tragedi Cinta Abadi: Kisah Pierre Tendean dan Rukmini Chamim yang Menyayat Hati!

Namun, cintanya pada Pierre tetap tak pudar. Setiap kali berziarah ke makam putranya, Maria selalu membawa bunga, bahkan hingga seluruh makam tertutup oleh anggrek yang ia bawa.

Rukmini Chamim, seorang wanita yang menjadi pujaan hati Pierre, juga harus menanggung duka mendalam.

Kisah mereka berawal ketika Pierre bertugas di Medan pada tahun 1963 dan bertemu dengan Rukmini.

Meskipun ditentang oleh dua sejawatnya, Pierre memilih Rukmini sebagai pujaan hatinya. Namun, takdir berkata lain.