PURWAKARTA ONLINE - BMKG memperkirakan awal musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah akan berlangsung sesuai pola normal atau mengalami keterlambatan.
Dari 515 Zona Musim (ZOM) di Indonesia:
- 207 ZOM (30%) akan memasuki kemarau sesuai normalnya.
- 204 ZOM (29%) mengalami keterlambatan.
- 104 ZOM (22%) lebih awal dari biasanya.
Baca Juga: Deni Ahmad Haedari dan Gerakan Patriot Ketahanan Pangan, Langkah Menuju Kemandirian Pangan Nasional
Wilayah yang Mengalami Keterlambatan
Wilayah yang diperkirakan mengalami awal musim kemarau lebih lambat meliputi:
- Kalimantan bagian selatan
- Bali dan Nusa Tenggara (NTB & NTT)
- Sebagian Sulawesi
- Sebagian Maluku Utara
- Merauke
Kondisi ini perlu diperhatikan, terutama bagi sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya air.
Baca Juga: Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia vs Australia – Siapa yang Dipilih Kluivert?
Mengapa Musim Kemarau 2025 Mengalami Keterlambatan?
Menurut BMKG, kondisi iklim global di tahun 2025 tidak didominasi oleh El Nino, La Nina, atau Indian Ocean Dipole (IOD).
Akibatnya, iklim cenderung normal, tetapi dengan beberapa variasi.
Beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan musim kemarau:
-
Suhu Laut yang Lebih Hangat
- Suhu permukaan laut yang tinggi meningkatkan kelembaban udara.
- Hal ini memperlambat transisi dari musim hujan ke kemarau.
Baca Juga: 34 KPM di Desa Pusakamulya Terima BLT Dana Desa Rp900 Ribu, Total Penyaluran Capai Rp30,6 Juta
-
Pola Angin Monsun yang Bergeser
- Angin monsun yang membawa udara kering mengalami pergeseran.
- Akibatnya, hujan masih terjadi di beberapa wilayah meskipun sudah memasuki periode kemarau.
-
Variabilitas Cuaca Lokal
- Beberapa daerah masih menerima curah hujan lebih tinggi dari biasanya.
- Pola awan hujan tetap terbentuk lebih lama.
Dampak Keterlambatan Musim Kemarau
Perubahan ini berpengaruh pada beberapa sektor, terutama pertanian dan ketahanan air. Beberapa dampaknya:
Artikel Terkait
Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia