PurwakartaOnline.com - Sebuah kisah legendaris tersemat dalam kehidupan masyarakat Kampung Pangguyangan, sebuah kasepuhan yang dipercaya sebagai peninggalan gemilang Kerajaan Pajajaran.
Nama "kasepuhan" sendiri mengandung makna sebagai tempat tinggal para sesepuh, memperlihatkan model kepemimpinan masyarakat yang menghargai warisan adat dan kebiasaan leluhur.
Para sejarawan dan arkeolog menelusuri fakta-fakta sejarah yang menempatkan desa adat ini sebagai bagian penting dari kerajaan yang mengalami keruntuhan di tangan Kesultanan Banten pada pertengahan Abad XVI.
Legenda menceritakan bagaimana keturunan dan pengikut Kerajaan Pajajaran berpencar untuk menyelamatkan diri dari kejaran Kesultanan Banten.
Baca Juga: Exploring Your Cosmic Personality with Cosmos Persona Test
Beberapa di antara mereka menetap di daerah Pangguyangan, menciptakan jejak sejarah yang kuat hingga saat ini.
Dalam perjalanan panjangnya, Kampung Pangguyangan mengalami perpindahan tempat tinggal berkali-kali, dipicu oleh kebutuhan untuk menjauh dari ancaman Kesultanan Banten.
Perjalanan ini berlangsung hingga tahun 2000, ketika Kasepuhan akhirnya menetap di kampung Cikanarang dengan nama Kasepuhan Ciptagelar.
Perpindahan tersebut dipicu oleh sebuah mimpi atau wangsit yang dianggap sebagai petunjuk bagi Abah Anom dan petinggi adat untuk mencari lokasi baru.
Baca Juga: Dewan Pers Dorong Promedia Pertahankan Kualitas Konten Media
Arti dari nama Kasepuhan ‘Ciptagelar’ mencerminkan keberanian untuk mencipta (membentuk) masa depan yang terbuka dan pasrah pada takdir.
Kasepuhan Ciptagelar bukan hanya sebuah komunitas adat, tetapi juga simbol keberlanjutan budaya dan tradisi.
Berada di wilayah yang terpencil, masyarakatnya masih mengikuti kepercayaan dan tradisi nenek moyang mereka.
Kehidupan sehari-hari mereka sangat terkait erat dengan alam, terutama dalam sektor pertanian.