5 Prinsip Menjaga Hati Menurut Imam al-Ghazali

photo author
- Senin, 21 Oktober 2024 | 11:40 WIB
Rais JATMAN Kabupaten Purwakarta, KH Anhar Haryadi (kanan) bersama Rais Syuriah PWNU Provinsi Jawa Barat, KH. Dr. Abun Bunyamin, MA (kiri). (Instagram @h.anhar_haryadi)
Rais JATMAN Kabupaten Purwakarta, KH Anhar Haryadi (kanan) bersama Rais Syuriah PWNU Provinsi Jawa Barat, KH. Dr. Abun Bunyamin, MA (kiri). (Instagram @h.anhar_haryadi)

KEDUA, Allah tidak memandang rupa, wajah, atau kulit hamba-Nya.

Yang dipandang darinya hanyalah hatinya. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ، فَمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ صَالِحٌ تَحَنَّنَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ، وَإِنَّمَا أَنْتُمْ بَنِي آدَمَ أَكْرَمُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amalan kalian. Siapa saja yang memiliki hati yang bersih, maka Allah menaruh simpati padanya. Kalian hanyalah anak cucu Adam. Tetaplah yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa,” (HR. Al-Thabrani).

KETIGA, hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lain ibarat rakyat yang mengikutinya. Jika yang diikuti baik, maka pengikutnya pun akan baik. Jika pemimpinnya lurus, maka rakyatnya juga lurus. Adakalanya, pemimpin lurus, rakyatnya terkadang tidak lurus, apalagi pemimpinnya tidak lurus. Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ

Artinya, “Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati,” (HR al-Bukhari).

Demi menjaga setiap amalan tetap baik, maka siapa pun harus menjaga dan selalu memperbaiki keadaan hatinya.

Baca Juga: Kedatangan Ketua NU Purwakarta, Ajengan Anwar Nasihin, Disambut Hangat oleh 5000 Santri Nahdlatul Wathan di Lombok

KEEMPAT, hati adalah gudang berbagai macam permata berharga dan makna-makna penting bagi seorang hamba. Permata pertama adalah akal, sedangkan permata paling mulia adalah makrifat kepada Allah, yang merupakan sebab kebahagiaan dunia dan akhirat.

Permata berikutnya adalah mata hati (bashirah) yang menjadi modal untuk mendekat dan menghadap kepada Allah. Selanjutnya adalah niat yang tulus dalam ketaatan, sekaligus yang menjadi faktor penentu tercapai dan tidaknya pahala kekal di sisi Allah.

Berikutnya ialah macam-macam ilmu, hikmah, pengetahuan, yang menjadi faktor kemuliaan hamba, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk. Permata terakhir ialah perangai atau sifat-sifat yang terpuji. Maka demi menjaga keberadaan permata-permata di atas, hati harus selalu bersih dan dijaga dari berbagai macam kotoran dan penyakit.

KELIMA, hati memiliki beberapa keadaan berikut ini. Hati selalu menjadi sasaran serangan lawan. Dalam hal ini adalah serangan setan. Setan selalu mengintai kelengahannya. Ketika pemiliknya berdzikir, setan sedikit menjauh darinya.

Namun, ketika pemilik hati lalai, setan kembali membisikinya. Di saat yang sama hati juga menjadi tempat turunnya bisikan baik, terutama ilham dan bisikan malaikat. Sehingga hati tidak terlepas dari dua sumber bisikan tersebut.

Baca Juga: Diklatsar Banser Pertama di Kecamatan Campaka Purwakarta, Salah Satu Pesertanya Kades Aktif

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X