Komunitas Pemuda Agra Mandiri Angkat Kopi Jadi Komoditas Unggulan Tegalwaru Purwakarta

photo author
- Kamis, 19 Juni 2025 | 15:26 WIB
Komunitas Pemuda Agra Mandiri dorong kopi jadi potensi unggulan Tegalwaru, Purwakarta lewat diskusi dan edukasi. Kamis (19/6/2025). (Dok. PURWAKARTA ONLINE/Enjang Sugianto)
Komunitas Pemuda Agra Mandiri dorong kopi jadi potensi unggulan Tegalwaru, Purwakarta lewat diskusi dan edukasi. Kamis (19/6/2025). (Dok. PURWAKARTA ONLINE/Enjang Sugianto)

PURWAKARTA ONLINEKomunitas Pemuda Agra Mandiri dari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, menggelar diskusi dan edukasi petani kopi pada Kamis, 19 Juni 2025. Bertempat di Saung Bah So’un, Kampung Cikandang, Desa Sukamulya, acara ini mengangkat tema “Kolaborasi dan Optimalisasi Potensi Kopi sebagai Komoditi Unggulan Daerah”.

Ketua Komunitas Agra Mandiri, Enjang Permana, bersama sekretarisnya, Diki Setiawan alias Coki, memimpin kegiatan ini dengan semangat kolaboratif. Mereka ingin mengenalkan kopi sebagai potensi baru yang bisa disandingkan dengan sektor wisata alam yang sudah populer di wilayah ini, seperti Gunung Parang dan Gunung Bongkok.

Narasumber dan Peserta dari Berbagai Pihak

Acara ini menghadirkan Mardani Dika Kusuma alias Gepeng, pemilik usaha Kopi Poesaka dari LMDH Giri Pusaka, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes. Hadir juga Asep Rahmat Saleh Setiaji, SH, selaku Pembina LMDH Giri Pusaka.

Dukungan datang dari berbagai pihak, seperti perwakilan Kecamatan Tegalwaru, Dinas Pariwisata, Bank BJB, PLN, hingga Perum Perhutani. Tak ketinggalan, LPPNU Purwakarta melalui Enjang Sugianto dan Indra Purnama Sambas turut menyoroti pentingnya pembangunan pasar sebagai langkah awal pengembangan kopi.

Potensi Lahan Kopi di Tegalwaru

Koordinator Penyuluh Pertanian BPP Tegalwaru, Acep Hanan, menyampaikan bahwa lahan kopi di wilayahnya berada di ketinggian rata-rata 500 meter di atas permukaan laut (MDPL). Kopi yang banyak ditemukan adalah jenis robusta, namun belum dikelola secara monokultur. Ia menyebut kopi tumbuh di desa-desa seperti Sukamulya, Pasanggrahan, Cisarua, Karoya, Warung Jeruk, dan Galumpit.

"Sejak 2024 sudah ada rencana pengembangan kopi, tapi fokus pemerintah masih pada ketahanan pangan," ungkap Acep.

Meski begitu, Acep mengakui bahwa semangat pemuda Tegalwaru telah memulai langkah positif. “Kopi ini bisa berkembang seperti di Kiarapedes dan Darangdan,” tambahnya.

Cerita Rakyat dan Sejarah Kopi Gunung

Ketua LMDH Tani Mulya, Haji Saefuloh, menyebut wilayah hutan produksi di Gunung Parang dan Gunung Bongkok dulunya digunakan untuk menanam kayu milik Perhutani, seperti mahoni, jati, dan samoja. Kini, pemuda mencoba menghidupkan kembali potensi pertanian kopi di bawah tegakan pohon-pohon tersebut.

Ia juga membagikan kisah rakyat tentang Gunung Parang yang disebut “gunung barang” oleh warga Karawang, karena konon saat perang dunia ke-2, tentara Jepang menyembunyikan harta di gua bawah gunung itu. Sementara Gunung Bongkok punya legenda telapak kaki raksasa yang diduga milik pemancing raksasa zaman dulu.

Dorongan dari Pemerintah dan Dinas Pariwisata

Kepala Bidang Pariwisata Disporaparbud Purwakarta, Odod, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X