Filosofi dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam tradisi Sunda, Tritangtu di Buana tidak hanya berlaku di istana, tapi juga di masyarakat. Ada nilai-nilai simbolis yang tercatat dalam tradisi:
- Ngukuh batu – menetapkan aturan yang kuat, ibarat mengukir di batu.
- Ngukuh lemah – menentukan pijakan kehidupan, ibarat menggores tanah.
- Ngukuh ajai – pemerintahan harus adil, tegas, dan tidak berat sebelah.
Jika dibandingkan dengan konsep modern, Tritangtu mirip dengan trias politika: ada fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Hanya saja, dalam konteks Sunda kuno, semuanya dilebur dalam harmoni adat dan spiritualitas.
Baca Juga: Demo Mahasiswa Purwakarta Blokade Jalan Ciganea, DPRD Akhirnya Turun Tangan
Warisan Politik Sunda Kuno
Sistem ini menunjukkan bahwa masyarakat Sunda sudah sangat maju dalam hal komunikasi politik.
Antar pemegang kekuasaan selalu ada dialog, kesepakatan, dan pembagian wewenang.
Dengan mekanisme itu, perebutan kekuasaan bisa dicegah. Bahkan, lembaga adat berperan besar dalam menjaga keseimbangan.
Pesan Abadi dari Prabu Siliwangi
Tritangtu di Buana bukan hanya falsafah hidup, tapi juga sistem politik cerdas yang diwariskan oleh leluhur Sunda.
Hingga kini, banyak ahli sejarah menyebutnya sebagai jejak demokrasi awal di Nusantara.
Baca Juga: Demo Purwakarta: Dari Blokade Jalan, Ban Dibakar, Hingga Ancaman Gerakan Lanjutan
Jadi, ketika kita bicara tentang Prabu Siliwangi, jangan hanya mengingat kesaktiannya. Ada ajaran politik dan falsafah hidup yang masih relevan hingga zaman modern ini.***