Kota Lumpuh, Bandara Tetap Jalan: Banjir Besar Denpasar Ungkap Kontras Wajah Bali

Jalan tergenang, drainase jebol, dan permukiman warga jadi kolam lumpur ini bukan kali pertama.

Apakah Denpasar hanya kota wisata bagi mereka yang datang, tapi tidak cukup aman bagi mereka yang tinggal?

Korban Jiwa dan Kerusakan Meluas

Informasi sementara menyebutkan adanya korban jiwa dan puluhan rumah rusak. Sejumlah warga mengungsi ke posko darurat, sementara akses logistik mulai terhambat.

Tim SAR dan BPBD Bali masih melakukan evakuasi di beberapa titik, termasuk membuka jalur yang terputus oleh genangan.

Baca Juga: Ketimpangan Ekonomi Picu Krisis Nepal: Demonstrasi Meluas, Pemerintah dan Parlemen Runtuh

"Air datang cepat sekali. Hanya sempat selamatkan anak-anak, barang semua hanyut," kata Ni Luh, warga Pemogan.

Pemerintah Bergerak, Tapi Terlambat?

Pemerintah daerah telah menurunkan bantuan darurat berupa makanan, air bersih, dan selimut.

Namun banyak warga mengeluhkan respon yang lambat dan minimnya pencegahan di titik-titik rawan banjir yang sudah berulang setiap tahun.

Sementara itu, pembersihan dan normalisasi saluran air mulai dilakukan. Tapi publik bertanya, mengapa langkah ini tidak dilakukan sebelum banjir datang?

Baca Juga: BRI dan BUMN Dorong Koperasi Desa Merah Putih Jadi Penggerak Ekonomi Rakyat Berbasis Digital

Tips untuk Wisatawan dan Penumpang

Di tengah kondisi ini, wisatawan dan penumpang diimbau untuk:

• Selalu cek status penerbangan secara langsung ke maskapai.
• Datang lebih awal ke bandara, antisipasi kemacetan parah.
• Siapkan jalur alternatif via ojek online atau shuttle.
• Ikuti informasi dari akun resmi bandara dan Pemprov Bali.

Banjir besar ini menyisakan pertanyaan besar tentang tata kota dan manajemen risiko bencana di Bali.