Buya Yahya Ungkap Bersiwak Setelah Terbenamnya Matahari: Sebuah Sunnah yang Tetap Relevan

photo author
- Rabu, 6 Maret 2024 | 13:00 WIB
Buya Yahya menjelaskan terkait hukum suntik ketika puasa Ramadhan.  (/tangkapan layar YouTube.com/Al-Bahja TV)
Buya Yahya menjelaskan terkait hukum suntik ketika puasa Ramadhan. (/tangkapan layar YouTube.com/Al-Bahja TV)

Purwakarta Online - Mengutip dari sumber-sumber agama Islam, berkaitan dengan praktik bersiwak setelah terbenamnya matahari, muncul diskusi menarik tentang makna dan relevansinya dalam ibadah.

Terlebih lagi, argumen seputar aroma tidak sedap dari mulut orang yang sedang berpuasa menjadi sorotan utama dalam perdebatan ini.

Menurut Buya Yahya, seorang ulama yang dihormati, bersiwak setelah terbenamnya matahari dianggap makruh.

Alasannya, aroma tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa dapat mempengaruhi kualitas ibadah mereka. Namun, apakah wangi di hadapan Allah benar-benar tergantung pada aroma mulut?

Baca Juga: Lakukan Hal Ini Agar Puasa Anda Lancar! Momentum Spesial Ramadan: 6 Tips Menjaga Kesehatan Selama Berpuasa

Menurut pemahaman yang lebih mendalam, bersiwak bukan hanya tentang kebersihan mulut, tetapi juga tentang kesucian hati dan niat tulus dalam beribadah.

Imam Nawawi, salah satu figur otoritatif dalam dunia Islam, menekankan pentingnya bersiwak bahkan setelah terbenamnya matahari, karena praktik ini tidak hanya membawa manfaat fisik, tetapi juga spiritual.

Dari sudut pandang medis, ada penjelasan yang menarik tentang aroma tidak sedap yang muncul setelah berpuasa.

Puasa, sebagai praktik yang mengendalikan asupan makanan dan minuman, dapat menyebabkan perubahan dalam kondisi perut yang kemudian mempengaruhi aroma mulut.

Baca Juga: Manfaat Berpuasa Bagi Kesehatan Tubuh: Meningkatkan Keseimbangan Organ Pencernaan

Namun, hal ini tidak mengurangi pentingnya bersiwak sebagai bagian dari ibadah yang utuh.

Jadi, apa yang dapat kita simpulkan dari perdebatan ini? Pertama, bersiwak setelah terbenamnya matahari merupakan bagian dari sunnah yang tetap relevan dalam praktik keagamaan.

Kedua, kebersihan mulut adalah aspek penting dari ibadah, tetapi kesucian hati dan niat yang tulus juga sama-sama penting.

Dan ketiga, sisi medis memberikan pemahaman yang lebih luas tentang aroma tidak sedap yang muncul, tetapi tidak mengurangi pentingnya praktik bersiwak dalam menjaga kebersihan dan kesucian dalam beribadah.

Baca Juga: PERSIB Berjuang Melawan Sanksi, Tiket Pertandingan Hingga Saat IniBelum Dijual, Ini Alasannya!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Sumber: YouTube Al -Bahjah TV

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X